Liputan6.com, Jakarta Pemerhati masalah kesehatan di Provinsi Riau, Hj. Rusherina SPd, SKep, MKes, mengatakan, ahli gizi berperan penting di puskesmas, rumah sakit, klub olahraga, klub diet, dan lainnya dalam menjaga menu sehat pasien.
"Untuk menjaga menu sehat, seorang ahli gizi harus profesional memilih alternatif bahan-bahan makanan dengan kecukupan gizi tertinggi untuk pasien dan konsumen dengan resiko terendah," kata Rusherina di Pekanbaru, seperti dikutip dari Antara, Senin (24/2/2014).
Advertisement
Menurut Rusherina yang juga Direktur Politekhnik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Riau itu ahli gizi adalah seorang profesional berijazah resmi yang bertanggung jawab penuh atas menu makanan di tempat pelayanan kesehatan dan klub olahraga, atau klub diet.
Seorang ahli gizi, katanya, harus profesional memilih alternatif bahan-bahan makanan misalnya bagaimana menu pasien diabetes yang tetap ada manis tetapi tidak menaikkan kadar gula, juga bagaimana menu penderita hipertensi, dan penderita kolesterol.
"Selain itu, bagaimana susunan menu untuk balita supaya anak tidak bosan makan, namun memang ahli gizi bukan dokter dan ia bekerja menentukan menu atau gizi seseorang tentunya setelah hasil pemeriksaan dokter," katanya.
Demikian pentingnya peran seorang ahli gizi, katanya lagi, maka Poltekkes Kementerian Kesehatan Riau tahun 2014 membuka satu program studi Diploma empat (D IV) gizi juga untuk memenuhi banyaknya permintaan terhadap tenaga gizi bekerja di Puskesmas, dan rumah sakit itu.
"Permintaan tenaga gizi untuk Puskesmas cukup banyak, khususnya untuk memberikan informasi kebutuhan asupan gizi yang baik bagi ibu-ibu hamil yang mendapatkan layanan kesehatan rawat jalan di Puskesmas dan pasien yang dirawat inap di rumah sakit," katanya.
Ia menyebutkan, Politekhnik Kesehatan Kementerian Kesehatan Riau merupakan satu-satunya Pendidikan Tinggi Negeri (milik Kemenkes RI) di Provinsi Riau dan Kepri -- berakreditasi B-- itu selama ini telah menyelenggarakan pendidikan D III, kesehatan, yang terdiri atas D III kebidanan, D III Keperawatan, D III Gizi dan D IV Kebidanan Pendidikan.
Sedangkan lulusan pendidikan gizi profesional pada Program Diploma IV, nanti akan menguasai kemampuan profesional dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi.
"Mereka bekerja untuk memberikan pelayanan langsung yang bersifat keahlian di dalam pelayanan gizi yang terorganisir maupun praktek mandiri," katanya.
Oleh karena itu, untuk mendukung pembukaan program studi ini, maka manajemen perguruan terus mematangkan persiapan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk usulan pembukaan program studi D4 gizi tersebut.
Kelengkapan usulannya, katanya, sudah disampaikan dan saat ini sedang dalam proses Kementerian Kesehatan.
"Program studi ini atau pendidikan gizi profesional pada Program Diploma IV, akan dikembang oleh Politekhnik Kesehatan dengan ketersediaan 60 tenaga dosen lulusan S2 sebanyak 40 dan S1 sebanyak 20 orang sedangkan SDM nya sebanyak 150 orang," katanya.
Ia menambahkan, kampus ini juga didukung laboratorium gizi, di samping laboratorium keperawatan dan laboratorium kebidanan layaknya seperti rumah sakit.
Baca Juga