Tantangan yang Dihadapi Prof. Tanaka Saat Operasi Bocah Hafidz

Adakah kesulitan yang ditemukan oleh kedua ahli tersebut ketika melakukan operasi cangkok hati ini?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 25 Feb 2014, 16:03 WIB
Adakah kesulitan yang ditemukan oleh kedua ahli tersebut ketika melakukan operasi cangkok hati ini?

Liputan6.com, Bogor Berkat kerjasama antara 30 dokter spesialis dari tiga rumah sakit ditambah dua Ahli Transplant Dunia yaitu Prof. Koichi Tanaka dan Prof. Azuma, operasi cangkok hati yang melibatkan pasien bernama Muhammad Sayid Hafidz (8) berjalan lancar selama kurang lebih 15 jam pada Senin (24/2/2014). Meski operasi terhadap anak dengan Allegile Syndrome Pro Transplantasi Liver ditangani langsung oleh ahlinya, adakah kesulitan yang ditemukan oleh kedua ahli tersebut, mengingat selesainya operasi sedikit meleset dari prediksi semula yang rencananya berjalan selama 10 jam?Menurut Profesor Koichi Tanaka, kesulitan yang dirasakannya terletak pada ukuran pembuluh darah yang berbeda antara pendonor dan si penerima donor itu sendiri. Di mana dalam kasus ini, yang menjadi pendonor bagi bocah Hafidz tak lain adalah bapak kandungnya sendiri, yaitu Sugeng Kartika (45)"Anak ini kan pendonornya adalah ayah kandungnya sendiri. Ukuran pembuluh darah di antara orang dewasa dan anak-anak berbeda, yang membuat kami harus lebih berhati-hati dan fokus," kata Profesor Tanaka kepada Health Liputan6.com di Pelataran Kamar Operasi Rumah Sakit Pertamedika Sentul City, Bogor, Jawa Barat, pada Selasa (25/2/2014)Selain itu, lanjut Tanaka, karena pengaruh dari penyakit yang dialami bocah malang itu, membuat pembuluh darahnya menjadi kian rapuh. Tak ingin memperburuk kondisi yang ada, membuat dia bersama tim dokter lainnya sangat berhati-hati, dan memperhatikan dengan benar pembuluh darah anak tersebut selama operasi.Dalam kesempatan yang sama, Profesor Azuma menerangkan bahwa total kesembuhan untuk bocah tersebut memakan waktu selama sebulan. Itu pun kalau tekanan darah setelah operasi dinilai normal."Biasanya setelah operasi pasien ada di ruang ICU. Kalau tekanan darah normal, bisa dipindahkan ke ruang perawatan biasanya. Sebulan kemudian, barulah dia (Hafidz) dapat meninggalkan rumah sakit, dengan catatan semuanya dinilai baik-baik saja," kata Azuma menjelaskan.Tak hanya itu, Azuma pun berpesan kepada ibu Hafidz, Maria Ulfa (45) untuk rutin memeriksakan kondisi kesehatan anaknya setelah ia dinyatakan sembuh dan diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Sebab, pasien dengan cangkokan hati harus lebih rutin memeriksakan kondisinya seminggu sekali setelah keluar dari rumah sakit."Orangtua Hafidz juga harus memerhatikan asupan gizi dan nutrisi yang baik untuknya. Ini yang diperlukan ketika Hafidz dinyatakan sembuh, dan dapat meninggalkan rumah sakit," kata dia menerangkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya