Liputan6.com, Jakarta Indonesia masih memiliki pekerjaan besar untuk membenahi sektor pariwisata. Meski jumlah pelancong terus bertambah, pendapatan Indonesia dari bisnis pariwisata jauh tertinggal diantara negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Peneliti Senior Center Of Reform on Economic (Core) Mohammad Faisal mengakui, jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Indonesia setiap tahunnya memang terus meningkat. Bahkan tahun lalu, kunjungan Wisman mencetak rekor sepanjang sejarah.
"Pada 2013 lalu misalnya, jumlah kunjungan wisma mencapai 8,8 juta jiwa dan ini merupakan rekor sepanjang sejarah," dalam diskusi meredam defisit neraca jasa, di SME Tower, Jakarta, Rabu (26/2/2014).
Namun dibandingan pencapaian negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, kunjungan tersebut sangatlah kecil. Kini Malaysia justru mampu bertransformasi menjadi negara penerima Wisman terbesar ke-9 di dunia.
"Rekor ini menjadi kerdil karena Malaysia misalnya mampu menarik 24,7 juta Wisman pada 2011, lebih dari tiga kali lipat jumlah Wisman Indonesia yang hanya 7,6 juta," tuturnya.
Tak hanya dari segi kunjungan Wisman, sektor pariwisata juga belum memberikan pendapatan yang lebih baik dibandingkan Malaysia, Thailand dan Singapura. Total pendapatan tertinggi Indonesia yang diterima pada 2013 mencapai US$ 10 miliar, tiga kali lipat lebih rendah dari Thailand yang mampu meraup US$ 30,9 miliar pada 2011.
Dengan kekayaan alam dan budaya yang lebih besar dan beragam, CORE menyayangkan kondisi Indonesia yang justru terpuruk di sektor pariwisata.
Advertisement
"Semestinya Indonesia bisa mengeruk pendapatan yang lebih banyak disektor ini dibandingkan negeri-negeri jiran tersebut," pungkasnya.(Fik/Shd)