Liputan6.com, Los Angeles, Amerika Serikat Dari balik jeruji, David Karslake Watkins mungkin akan beberapa kali mengenang kehebatannya saat beraksi di depan ribuan (mantan) penggemarnya. Tampil sebagai frontman dari band Lostprophets, pria kelahiran 30 Juli 1977 ini terkenal paling jago memprovokasi penontonnya untuk terus bernyanyi hingga akhir konser.
Apalagi, mengusung lagu-lagu paten seperti 'Where We Belong', 'Burn Burn', 'Rooftops', hingga 'Last Train Home', band yang lahir pada 1997 ini seolah tak perlu lagi ragu akan kemampuannya memanjakan telinga para penggemar.
Namun demikian, sejak Watkins tersangkut kasus pelecehan seksual terhadap bayi, nama Lostprophets langsung berubah menjadi bahan kecaman di mana-mana. Puncaknya, tak tahan dengan kemuakan masyarakat, band ini akhirnya memutuskan bubar di 2013 dan menyisakan nama Watkins sebagai pendiri sekaligus penghancur Lostprophets.
"Bersama pengumuman ini, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan penampilan bermusik kami sebagai Lostprophets." ucap Lee Gaze (gitar I), Mike Lewis (gitar II), Stuart Richardson (bassis), Jamie Oliver (keyboard), dan Luke Johnson (drum).
"Cinta dan dukungan kalian selama lima belas tahun sangat luar biasa, dan kami selamanya berterimakasih untuk semua yang telah kalian berikan." tutup mereka.
Watkins diduga mengalami gangguan jiwa dan terlihat seperti orang yang ingin bunuh diri ketika menjalani masa-masa pengadilan. Ia pun sempat mengikuti beberapa perawatan terkait penyakit psikologisnya itu hingga akhirnya mengakui perbuatannya dan diganjar 35 tahun penjara.
Kini, tak hanya dicap sebagai pemerkosa bayi, lagu-lagu mereka juga terkena imbas dan selalu dihiasi dengan hujatan-hujatan yang seolah tak ada habisnya. Alhasil, selain menjadi masa lalu besar dan mengerikan bagi para mantan personil, teriakan-teriakan para pengagum Lostprophets di sepanjang lima album juga hanya akan tersisa di mimpi indah Watkins.
Advertisement