Liputan6.com, Jakarta Jelang Pemilu 2014, sejumlah tokoh berlatar militer masih memiliki peluang dalam Pilpres, karena publik masih meminatinya. Peneliti Charta Politika Arya Fernandez mengatakan, publik masih akan memberikan perhatian khusus kepada kandidat yang berlatar militer.
"Tapi, latar belakang militer tidak menjadi faktor utama dalam memengaruhi pemilih. Saya kira, faktor utama adalah kharisma personal, dan program yang ditawarkan kandidat," kata Arya di Jakarta, Jumat 28 Februari 2014 malam.
Sementara, Wasekjen Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, partainya kini memang tengah melihat semua figur menonjol, baik dari kalangan militer ataupun bukan, untuk masuk dalam bursa cawapres yang diduetkan dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.
"Yang penting calon pendamping yang satu visi, satu arah dalam membawa bangsa dan negara ini ke tataran yang lebih baik," ucap Tantowi.
Tantowi mengakui, banyak kader di Partai Golkar mengharapkan Ical bisa didampingi oleh tokoh berlatar militer. Duet sipil-militer dianggap ideal. Karena itu, partainya terus memantau dan mengkaji nama-nama tokoh militer yang beredar di bursa capres dan cawapres. Begitu juga nama tokoh militer yang belum masuk bursa politik, turut dipertimbangkan.
Sedangkan Wasekjen PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan TNI sebagai institusi sudah mengalami perubahan besar, seiring dengan proses reformasi. Menurut dia, TNI adalah penjaga keamanan dan kedaulatan negara. Institusi militer menjalankan politik negara, artinya dalam menjalankan tugas itu untuk kepentingan bangsa dan negara.
"Banyak purnawirawan TNI masuk ke partai politik dan menjadi caleg, secara organisatoris tidak ada hubungan struktural dengan institusi TNI. Namun secara historis mereka tidak bisa dipisahkan. Setelah menjadi purnawirawan itu artinya sudah selesai menjalankan purnatugas formal dan kembali menjadi warga masyarakat sipil seperti lainnya," kata Viva.
Meski PAN telah memutuskan dan memperjuangkan Hatta Rajasa sebagai capres, lanjut dia, tentu, nama-nama untuk cawapres terus dicari, dikaji dan dipantau. Bila suara PAN signifikan dan bisa memajukan Hatta sebagai capres, duet dengan tokoh militer adalah salah satu alternatif yang dipertimbangkan untuk dipilih.
"Nama-nama, seperti Pramono Edhie Wibowo, Endiartono Sutarto, Djoko Santoso masuk radar PAN," ujar Viva.
Adapun purnawirawan militer yang namanya mencuat dalam bursa capres maupun cawapres yakni Djoko Santoso, Endiartono Sutarto, Prabowo Subianto, Wiranto, dan Pramono Edhie Wibowo. (Raden Trimutia Hatta)
Advertisement