Intip Rekening Nasabah, Iklim Bisnis RI Bisa Rusak

"Jangan hanya memikirkan kepentingan sektoral saja, harus dipikirkan secara matang,"

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Mar 2014, 07:10 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai rencana Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mengakses data rekening nasabah perbankan akan merusak iklim berbisnis di Tanah Air. Alasannya, pemerintah berharap bisa mengintip data 180 ribu rekening besar yang kebanyakan dimiliki oleh pengusaha.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pemerintah seharusnya berpikir berulang kali sebelum memutuskan sebuah kebijakan. Penyisiran data rekening justru dapat merusak iklim usaha di Indonesia.

"Saya kira kita jangan ambil kebijakan yang membuat kondisi iklim usaha tidak menarik. Jangan hanya memikirkan kepentingan sektoral saja, harus dipikirkan secara matang," keluhnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Minggu (2/3/2014).

Jika kondisinya seperti ini, menurut SBS begitu panggilan akrabnya, akan mendorong orang atau investor enggan berbisnis di negara ini meskipun potensi pajaknya cukup besar.

Kondisi ini tentu saja berbeda dengan keadaan di luar negeri yang justru sangat mendukung iklim berbisnis. Imbasnya, orang berlomba-lomba menanamkan modalnya di negara tersebut.

"Walaupun potensi pajaknya besar, caranya tidak begitu. Kalau di luar negeri diturunkan pajaknya, jadi orang bisa banyak dapat keuntungan dan diinvestasikan lagi. Orang makin tertarik berusaha di sana, sedangkan di sini malah dibikin tidak menarik. Orang jadi tidak mau bisnis di Indonesia," tutur dia.

SBS mengusulkan agar pemerintah dapat memikirkan kebijakan yang komprehensif dan sinergis dengan yang lain. Tidak melulu mementingkan kepentingan sektoral yang bisa berdampak negatif terhadap iklim berusaha.

Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui, pembukaan data rekening bank nasabah memberikan potensi penerimaan pajak yang besar.

"Saya percaya ada potensi besar, tapi tentu dalam konteks pajak tidak semua orang datanya dibuka karena itu akan mengganggu. Kalau tidak ada isu pajak kan tidak bisa dibuka," ucapnya.

Kata Chatib, apabila data seluruh nasabah diintip maka akan membuat mereka merasa tak nyaman memiliki rekening perbankan. "Nanti orang tidak nyaman taruh uangnya di sini, akhirnya dia taruh uang di luar," ucap dia. (Fik/Shd)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya