Liputan6.com, Caracas - Lebih dari 1.000 demonstran oposisi di Venezuela telah berbaris memenuhi jalan-jalan di Caracas dalam protesnya terhadap pemerintah. Namun protes damai itu berujung bentrok pada akhir demo.
Seperti dilansir dari CNN yang dikutip Liputan6.com, Senin, (3/3/2014), para aktivis bentrok dengan polisi di lingkungan Callao dan Altamira.
Padahal sat demo, sedang berlangsung hari libur nasional untuk berkarnaval. Hari liburnya pun diperpanjang oleh Presiden Nicolas Maduro sampai akhir minggu ini, dan meminta rakyat Venezuela untuk beristirahat juga merayakan perdamaian.
Setidaknya 17 orang telah tewas dalam lebih dari 3 minggu kerusuhan.
Dalam protesnya, para pemimpin oposisi telah meminta orang-orang untuk mengabaikan musim karnaval, ketika banyak rakyat Venezuela tradisional pergi ke pantai.
Mereka menuntut pembebasan puluhan demonstran dan aktivis ditangkap sejak bulan Februari, termasuk politisi Leopoldo Lopez .
Pihak oposisi menyalahkan kebijakan sayap kiri Maduro dan pendahulunya Hugo Chavez, yang menimbulkan inflasi tinggi, kejahatan merajalela.
Maduro mengatakan, oposisi telah mendorong protes kekerasan dari sayap kanan. Oleh sebab itulah dia meminta rakyat Venezuela untuk merayakan musim karnaval yang telah diperpanjang sampai 7 hari itu.
"Kebahagiaan akan menaklukkan sakit hati. Orang-orang Venezuela telah menang karena kebahagiaan dan kedamaian telah ditaklukkan," kata Maduro seperti juga ditayangkan televisi lokal.
Tapi oposisi mengatakan itu tidak ingin kehilangan momentum untuk memperjuangkan haknya.
"Tidak ada yang lelah di sini, dan kami akan berjuang sampai pemerintah mundur," teriak pengunjuk rasa Carlos Eduardo Vega.
Akibat protes tersebut, pada hari Minggu 2 Maret, pemerintah membebaskan 41 orang yang ditangkap dalam bentrokan antara demonstran dan polisi di kubu oposisi di Caracas timur.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan dia bekerja sama dengan Kolombia dan negara-negara lain untuk membentuk strategi mediasi atas krisis politik Venezuela. Hal itu dinyatakannya pada Minggu.
"Sangat sulit bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan tanpa bantuan," ucap Kerry.
Perpecahan politik telah mendalam di Venezuela, setelah pemilihan Maduro pada April 2013. Dia menggantikan Chavez yang meninggal karena kanker setelah 14 tahun menjabat sebagai Presiden.
Sementara saingannya, Henrique Capriles kalah dengan selisih suara tipis. Ia juga sempat menuduh pemerintah melakukan kecurangan pemilu. (Shinta Sinaga)
Advertisement
Baca juga:
Presiden Venezuela Klaim 50 Orang Tewas Akibat Rusuh
Tuding AS Intervensi, Presiden Venezuela: Mari Kita Bicara, Obama