Impor BBM Tinggi, Wamen ESDM Suruh Bupati Tanam Pohon

Pemerintah selama ini mengimpor minyak sebanyak 950 ribu barel per hari untuk menutupi kebutuhan BBM dalam negeri.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Mar 2014, 17:23 WIB

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo meminta para bupati untuk menanam pohon jenis Kemiri Sunan di setiap wilayahnya. Imbauan orang nomor dua kementerian ESDM ini bukannya tanpa alasan. Pemerintah ingin pohon yang ditanam bisa mengurangi ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

Indonesia selama ini telah mengimpor minyak sebanyak 950 ribu barel per hari untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemerintah menargetkan bisa mengurangi volume impor yang telah membuat bengkak anggaran negara.

"Jadi target utama pemerintah adalah mengurangi impor minyak. Impor BBM sekarang kira-kira 350 ribu bph,  minyak mentah 600 ribu," kata Susilo, dalam pertemuan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), di Kantor Apkasi, Jakarta, Selasa (4/3/2014).

Menurut Susilo, ada sejumlah cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi impor minyak. Salah satunya diantaranya adalah meningkatkan kandungan biodisel pada BBM.

Solusi lainnya adalah konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG) serta secara bertahap mengurangi produksi listrik dari bahan bakar diesel.

Khusus terkait biodiesel, data pemerintah mencatat produksi  nasioal sudah mencapai 100 ribu barel per hari (bph). Volume produksi ini ditargetkan meningkat menjadi 400 ribu bph pada 2020.

Dengan target besar tersebut, Susilo tak segan mengajak para bupati untuk membudidayakan tanaman jenis kemiri sunan di wilayahnya. Tanaman tersebut merupakan salah satu sumber biodiesel yang potensial.

"Jika semua bupati menyediakan lahan seribu hektar, nggak perlu lahan yang bagus, ditanami kemiri sunan," ungkap Susilo.

Selain mengurangi impor BBM, biodisel yang berasal dari kemiri sunan juga bisa menjadi solusi bagi sumber energi pembangkit listrik tenaga diesel yang masih digunakan di daerah terpencil. Selama ini, pembangkit listrik di wilayah ini sering kali mengalami kekurangan bahan bakar ditambah harga yang lebih mahal.

Dari perkiraan pemerintah, setiap satu hektar tanah bisa mengembangkan tanaman kemiri sunan sebanyak 150 benih. Dari tanaman tersebut, produksi minyak bisa mencapai 7-8 ton per hektar. Usia tanaman juga diperkirakan bisa bertahan sampai 50 tahun.

"Listrik yang byar pet, ke daerah yang harga solar bukan Rp 5.500 tapi Rp 20 ribu," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya