Tak Bisa Sembarang Beli Antibiotik

Parahnya lagi, biasanya orang lebih hapal merek ketika membeli AB tersebut, tanpa hapal apa saja kandungannya.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 06 Mar 2014, 21:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan Kementerian kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa 86,1 persen rumah tangga di Indonesia menyimpan antibiotik (AB) di rumah tanpa resep dokter. Dan lebih parahnya lagi, biasanya orang lebih hapal merek ketika membeli AB tersebut, tanpa hapal apa saja kandungannya.

"Kebiasaan buruk orang kita lebih hapal merek ketimbang kandungannya. Tidak semua AB memiliki kandungan yang sama," kata Penasehat Yayasan Orang Tua Peduli dan Milis Sehat, dr. Purnamawati S Pujiarto, SpAK, MMPed dalam acara bertema 'Bakteri: Kawan atau Lawan' di Restoran Gemoelai Panglima Polim, Jakarta, Kamis (6/3/2014)

Dalam penggunaanya AB tidak bisa sembarangan. Harus hati-hati dan harus ada indikasi yang tepat, serta dibeli dengan resep dokter. Sebab, untuk menentukan AB apa yang cocok untuk seorang pasien, harus melewati sebuah tes yang tidak sebentar.

Kebiasaan dalam memberikan AB dengan dosis yang tidak tepat, kata dr. Purnamawati, dapat menimbulkan masalah resistensi yang dapat menyebabkan pasien menderita suatu penyakit yang lebih berat, lebih lama, terpapar risiko toksisitas, risiko kematian, dan pengobatan yang lebih mahal.

Maka itu, dr. Purnamawati menganjurkan untuk menanyakan beberapa hal kepada dokter ketika melakukan konsultasi, yaitu diagnosa penyakit, tatalaksana penyakit, dan kapan harus cemas.

Jika diberi obat, maka pasien diwajibkan untuk bertanya terlebih dulu kepada si dokter, apakah si pasien benar-benar membutuhkan AB atau tidak. Setelah itu, tanyakan kandungan aktifnya, bagaimana cara kerjanya, dan apa pula risiko efek sampingnya. Dan tidak lupa, kontraindikasi dan cara pakianya.

"Yang lebih penting disarankan untuk meminta obat generik," kata dia menerangkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya