Liputan6.com, Tel Aviv Pelajaran bisnis dari orangtua bisa membuat anak-anak tumbuh dengan jiwa pengusaha. Adalah Idan Ofer, anak dari Sammy Ofer, pengusaha super kaya di Israel yang berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu miliarder terkaya di Timur Tengah karena berbagai bisnisnya.
Harta kekayaannya pertama kali diperoleh dari sang ayah. Bersama sang kakak yang juga merupakan orang terkaya di Israel, Eyal Ofer, keduanya mewarisi seluruh warisan sang ayah.
Bukan rahasia lagi, semakin kaya seseorang semakin besar pula pajak yang harus ditanggungnya. Tak terkecuali bagi Idan Ofer yang tercatat memiliki total kekayaan hingga US$ 5,7 miliar atau Rp 65,1 triliun (kurs: 11.430 per dolar AS).
Pria berusia 58 tahun ini memilih menetap di London dibandingkan menghuni tempat kelahirannya sendiri. Diakui Idan, salah satu alasan kepindahannya adalah jumlah pajak kekayaan yang terlalu tinggi di Israel.
Berikut kisah Idan Ofer membangun kekayaannya dan kabur ke negeri lain karena takut pajak seperti dikutip dari Forbes, Algemeiner, dan The Born Rich, Jumat (7/3/2014):
Terkaya kedua di Israel
Orang Terkaya kedua di Israel
Idan Ofer merupakan salah satu miliarder terkaya di Timur Tengah. Pria berusia 58 tahun ini lahir di Israel dan merupakan anak dari pengusaha super kaya Sammy Ofer.
Keluarganya memang terkenal sebagai konglomerat sukses. Tahun ini, Idan Ofer tercatat sebagi orang kedua terkaya di Israel dengan total kekayaan senilai US$ 5,7 miliar.
Hebatnya, posisi terkaya di Israel dipegang sang kakak, Eyal Ofer yang mengkoleksi total kekayaan sebear US$ 7 miliar. Beberapa tahun sebelumnya, Idan juga pernah menempati posisi puncak sebagai orang terkaya di Israel.
Meski sama-sama kaya, Idan menjalani bisnis yang berbeda dengan sang kakak. Jika sang kakak berkecimpung di bisnis real estate, Idan mendapatkannya dari industri yang berbeda. Namun memang, keduanya masih meneruskan bisnis keturunan orang tua di bidang distribusi barang.
Advertisement
Warisan orang tua
Warisan orangtua
Salah satu miliarder terkaya di Timur tengah, Idan Ofer pertama kali memperoleh kekayaannya dari sang ayah yang notabene merupakan pengusaha sukses. Dalam 50 tahun terakhir sejak didirikan, perusahaan keluarga tersebut terus berkembang pesat hingga Idan dan Eyal, anak-anak Sammy tumbuh dewasa.
Sepeninggal Sammy pada 2011, Idan dan sang kakak, Eyal memperoleh porsi warisan yang sama dari Ofer Brothers Group. Bersama kakaknya, dia juga memiliki Zim Intergrated Shipping Service, salah satu perusahaan distribusi barang terbesar di dunia.
Idan juga memimpin Quantum Pacific Group, anak usaha Ofer Brothers Group. Dia juga mengelola perusahaan terbesar di bursa saham Tel Aviv.
Tak hanya itu, dia juga menekuni bisnis otomoitf. Salah satu perusahaan yang menyumbangkan banyak uang ke kantong pribadinya adalah perusahaan mobil listrik yang berbasis di California, Amerika Serikat (AS), Better Place. Dia juga merupakan pemegang saham terbesar di perusahaan Pacific Drilling SA.
Kabur ke London
Tak tahan pajak, pilih pindah ke London
Miliarder kedua terkaya di Israel, Idan Ofer memutuskan untuk pindah ke London setelah mendengar rencana pemerintah untuk menaikkan pajak kekayaan di negaranya. Pada 2013, dia mengumumkan akan pindah guna memperoleh biaya pajak yang lebih rendah.
Diakui Idan, biaya pajak yang tinggi bukan satu-satunya alasan yang membuat dia pindah ke London. Dia mengaku, sang ibu tinggal di sana dan dia sangat tertarik mengeksplorasi tempat baru di luar negeri.
Dia memang tidak membatah bahwa peningkatan jumlah pajak menjadi salah faktor pemicu kepindahannya ke London. Selain itu, Idan merasa pentingnya mendampingi salah seorang anak dia yang melanjutkan pendidikan di ibukota Inggris tersebut.
Advertisement
Terkenal dermawan
Sumbang Rp 480 miliar ke sekolah bisnis London
Selain kaya, Idan juga terkenal sangat murah hati. Baru-baru ini, London Business School mengumumkan menerima dana sumbangan sebesar US$ 42 juta atau Rp 480 miliar dari Idan untuk mendirikan bangunan baru di sekolah tersebut.
Nantinya, bangunan tersebut akan diberi nama Sammy Ofer Centre. Sumbangan itu menjadi salah satu donasi terbesar yang pernah diterima sekolah bisnis di Inggris. Maklum, Idan sendiri merupakan lulusan London Business School pada 1980-an.
Meski murah hati dan kaya raya, jalannya tidak selalu mulus. Salah satu perusahaan mobilnya tahun lalu dinyatakan bangkrut karena kebakaran besar yang terjadi di lokasi.