Umat Hindu Bali Rayakan Hari Saraswati

Umat Hindu di Bali dari mulai pelajar, mahasiswa, hingga orang tua melaksanakan Hari Saraswati sejak pagi hingga siang hari.

oleh Rochmanuddin diperbarui 08 Mar 2014, 12:25 WIB

Liputan6.com, Denpasar - Umat Hindu, khususnya para pelajar dari seluruh jenjang pendidikan di Bali, mengikuti perayaan Hari Raya Saraswati yang merupakan hari lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengadakan persembahyangan di sekolah masing-masing.

Seluruh pelajar mengenakan busana adat khas Bali. Mereka mengikuti seluruh rangkaian ritual secara khidmat sejak pagi hingga siang. Mereka tidak mengikuti proses belajar mengajar seperti hari biasa, kecuali hanya mengikuti persembahyangan. Setelah itu dibolehkan pulang ke rumah masing-masing.

Namun, sejumlah siswa SMP, SMA dan sekolah menengah kejuruan (SMK) setelah mengikuti kegiatan ritual di sekolahnya. Selanjutnya melakukan persembahyangan yang sama di Pura Agung Jagatnata di jantung Kota Denpasar.

Mereka berbaur dengan umat Hindu mengikuti persembahyangan di Pura Agung Jagatnata secara khidmat dan khusuk. Persembahyangan tersebut diiringi pembacaan ayat-ayat suci agama Hindu (Kekidung) serta alunan instrumen gamelan, salah satu kesenian tradisional Bali.

Hari Saraswati jatuh setiap 210 hari sekali, dirayakan dengan mempersembahkan 'bebantenan' berupa rangkaian janur kuning sebagai lambang bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar, I Ketut Sumadi menjelaskan, Dewi Saraswati yang dipuja pada perayaan tersebut merupakan lambang ilmu pengetahuan yang diibaratkan seorang 'wanita cantik' berwibawa yang penuh arti simpati.

Dewi Saraswati memiliki 4 tangan, masing-masing memegang keropak yang melambangkan usaha mendalami ilmu pengetahuan, bunga teratai lambang kesucian, genitri melambangkan belajar seumur hidup, serta alat musik melambangkan ilmu pengetahuan yang indah dan berirama.

Ketut menjelaskan, ilmu pengetahuan itu diibaratkan air jernih terus mengalir yang tidak terbendung. Jika ada orang setelah belajar menjadi merasa pintar dan berhenti belajar, maka dia akan rugi. Karena masih banyak yang harus dipelajari dan menyerahkan ilmu yang dimiliki kepada Dewi Saraswati, agar pemiliknya menjadi penuh wibawa, jauh dari keegoisan dan kesombongan.

"Oleh sebab itu sebagian besar sekolah dari berbagai jenjang pendidikan di Bali membangun patung Dewi Saraswati di halaman sekolahnya masing-masing sebagai lambang dari ilmu pengetahuan dan teknologi," tutur Ketut Sumadi.
 
Ketut Sumadi menjelaskan, khusus mahasiswa S-1, program S-2 dan program doktor S-3 di lingkungan IHDN Denpasar, para mahasiswa membuat sendiri Banten Saraswati untuk dipersembahkan di pura kampus setempat.

Ratusan mahasiswa berbaur mengerjakan rangkaian janur itu selama 3 hari sebelumnya, baik pria maupun wanita. Praktik membuat Banten itu sebagai aplikasi terhadap mata kuliah. Karena sebagai mahasiswa yang mendalami bidang agama Hindu, harus mampu melaksanakan ritual mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga teori yang menyangkut intelektual.

Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3 IHDN Denpasar melaksanakan juga melakukan berbagai kegiatan menyambut Hari Raya Saraswati, hari lahiran ilmu pengetahuan dan teknologi. (Ant/Rinaldo)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya