Cadangan Devisa RI Terlalu Minim Dibanding Ukuran Ekonominya

Ekonom menilai, cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 102,74 miliar pada akhir Februari 2014 masih minim.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Mar 2014, 12:35 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 102,74 miliar pada akhir Februari 2014. Ekonom menilai, cadangan devisa tersebut masih minim untuk ukuran ekonomi Indonesia.

 

Cadangan devisa Indonesia naik US$ 2,09 miliar menjadi US$ 102,74 miliar dari posisi akhir Januari 2014 sebesar US$ 100,65 miliar. Cadangan devisa tersebut dapat membiayai 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

 

Selain itu, cadangan devisa itu berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Dalam keterangannya, Direktur Eksekutif BI, Tirta Segara menuturkan, akumulasi cadangan devisa itu mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

 

Ekonom David Sumual mengatakan, cadangan devisa Indonesia itu masih minim bila di kisaran US$ 100 miliar. Menurut David, Indonesia seharusnya memiliki cadangan devisa minimal sekitar US$ 150 miliar. Cadangan devisa itu untuk  mengantisipasi gejolak global dan membayar utang jangka pendek sehingga dapat memberikan jaminan psikologis ke pasar.

 

David mencontohkan, negara-negara di kawasan Asia seperti Korea Selatan, Taiwan, Thailand mampu mencatatkan cadangan devisa besar. Jadi ketika terjadi gejolak ekonomi global tidak terlalu menekan mata uang negara tersebut dan neraca transaksi berjalan tetap terjaga.

 

"Cadangan devisa masih minim US$ 100 miliar untuk ukuran ekonomi sebesar Indonesia. Seharusnya minimal US$ 150 miliar. Indonesia memiliki utang jangka pendek besar sekitar US$ 47 miliar belum lagi kebutuhan impor," ujar David, saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (9/3/2014).

 

Oleh karena itu, David menuturkan, Bank Indonesia (BI) dapat mengelola dengan baik cadangan devisa dan melakukan sterilisasi ketika banjir likuiditas terjadi.

 

"Sterilisasi dilakukan dengan menjaga antara permintaan dan persediaan sehingga rupiah tidak terlalu naik dan turun tajam. Negara seperti Thailand, Korea Selatan mereka melakukan sterilisasi ketika banjir likuiditas dengan menjadikannya cadangan devisa. Ketika gonjang ganjing tapering terjadi mata uangnya masih relatif stabil," ujar David.

 

Sementara itu, ekonom PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan, cadangan devisa sekitar US$ 102 miliar itu cukup membuat kepercayaan diri pelaku pasar. Dengan jumlah cadangan devisa itu, Indonesia masih dapat memenuhi kewajiban membayar utang jangka pendek dan pokok bunga utangnya.

 

"Sebenarnya tidak ada patokan untuk cadangan devisa tetapi harus bisa memenuhi kewajiban jangka pendek seperti membayar pokok utang," tutur Lana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya