Bos Toyota: Mobil Murah Tidak Terbukti Menambah Parah Kemacetan

Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor, Johnny Darmawan menilai, kehadiran mobil murah ramah lingkungan untuk menghadapi pasar bebas Asean.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Mar 2014, 17:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Ketika mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) diperkenalkan tahun lalu, banyak pihak yang khawatir  mobil jenis ini akan menambah parah kemacetan yang terjadi terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

Namun, Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM), Johnny Darmawan mengatakan kekhawatiran tersebut sampai tidak terjadi. Menurut Johnny, hal ini karena LCGC bukan bersifat menambahkan jumlah kendaraan yang ada melainkan menjadi pengganti dari kendaraan-kendaraan tersebut.

"Sekarang kan banyak terjadi banyak polemik, itu kami harus pikirkan dengan kepala dingin. Kalau ditanya sekarang LCGC pasarnya tidak berkembang, tetap pada kisaran 100-120 ribuan unit, karena yang terjadi itu penurunan pada model-model lain seperti Avanza," ujar Johnny, usai acara penyambutan tim Avanzanation Journey 2014 di Tebet, Jakarta, Minggu (9/3/2014).

Menurut Johnny, persentase konsumen baru pun belum berubah yaitu masih berkisar antara 20%-25%, sedang selebihnya yaitu antara 75%-80% merupakan konsumen lama atau konsumen pembeli mobil bekas.

Johnny menyatakan, dengan adanya LCGC ini malah membantu dan meringankan masyarakat yang ingin beralih dari motor ke mobil.

"Dulu mereka memaksakan untuk beli mobil yang harganya jauh lebih tinggi, tetapi sekarang dengan adanya Agya (LCGC Toyota), mereka lebih mudah karena down payment-nya lebih terjangkau," jelasnya.

Selain itu, dengan adanya diproduksinya LCGC di Indonesia, maka menjadi persiapan bagi industri otomotif dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk mobil impor sejenis yang berasal dari negara lain seperti Thailand terutama pada saat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 berjalan.

"Jadi tujuan LCGC ini jangan disalahartikan. Persaingan pada tingkat global, pilihannya hanya tinggal dua, jadi net importir atau net eksportir. Waktu mendesain itu, kami sudah siapkan untuk MEA, dengan kendaraan yang spesifikasinya sesuai dan dilokaslisasi (pabriknya) di sini. Ini siap diekspor," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya