Newmont Terancam Berhenti Operasi Gara-gara Aturan Bea Keluar RI

Serikat pekerja Newmont meminta pemerintah memberi kelonggaran bea keluar konsentrat tembaga perusahaan tambang asal AS itu.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Mar 2014, 12:56 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Serikat pekerja PT Newmont Nusa Tenggara meminta pemerintah memberi kelonggaran bea keluar progresif atas ekspor konsentrat tembaga demi mengakhiri ketidakjelasan kelanjutan operasional perusahaan tersebut.

Ketua Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Tambang Samawa (PUK SPATS) Newmont Iwan Setiawan mengatakan, jika masalah bea keluar tidak diselesaikan dalam waktu dekat, perusahaan terancam tutup operasi dan nasib karyawan serta keluarganya berada di ujung tanduk.

"Sejumlah pekerjaan terkait produksi telah dihentikan karena ketidakpastian perusahaan dapat melakukan ekspor konsentrat tembaga. Padahal, untuk menjamin kelangsungan operasi, Newmont sangat bergantung pada ekspor konsentrat tembaga tersebut," kata Iwan di Jakarta, Senin (10/3/2013).

Menurut Iwan, keresahan yang menjalar pada semua karyawan Newmont saat ini cukup beralasan karena hingga kini perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) itu belum sekalipun melakukan ekspor konsentrat.

"Nasib kami saat ini di ujung tanduk karena tidak ada penjualan konsentrat tembaga pada kuartal pertama ini. Kalau pemerintah tidak memberi kelonggaran bea keluar itu, perusahaan bakal tutup operasi dan kami akan kehilangan mata pencaharian. Kebijakan bea keluar itu bagi kami merupakan malaikat pencabut nyawa," ungkapnya.

Sebagai bentuk pernyataan sikap dan keprihatinan, sekitar tiga ribu karyawan Newmont menggelar aksi tanda tangan di atas kain putih sepanjang 200 meter pada Kamis (6/3/2014) lalu.

Jumlah orang yang membubuhi tanda tangan itu diperkirakan bertambah mengingat karyawan Newmont  saat ini berjumlah sembilan ribu. Sementara itu, para pekerja seperti pembantu rumah tangga, tukang sapu, tukang kebun yang pekerjaannya bergantung pada penghasilan karyawan Newmont turut serta membubuhi tanda tangan.

Rencananya kain tersebut akan disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR RI dengan harapan presiden dan DPR RI dapat membantu menyelesaikan masalah bea keluar tersebut.

Iwan menuturkan, aksi tanda tangan tersebut merupakan gerakan spontanitas karyawan atas nasib yang tidak menentu dan bentuk dukungan kepada perusahaan yang saat ini berupaya menyelesaikan permasalahan bea keluar agar tidak terjadi kemungkinan terburuk tutup operasi.

"Sekarang perusahaan sudah melakukan pemutusan kontrak dengan sebagian perusahaan jasa pendukung yang menjadi subkontraktor. Jangan sampai nasib yang sama menimpa kami karena pembebanan bea keluar progresif itu. Kami akan bergerak menuntut dan mendukung perusahaan," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya