Liputan6.com, Jakarta Jojon merupakan seorang pelawak yang tahan banting terhadap zaman, pasalnya ia sudah mampu melewati tiga zaman. Semenjak awal karirnya membentuk Grup Jayakarta sekitar tahun 1978 bersama dengan tiga kawannya yakni Cahyono, U’uk, dan Johnny, sampai tahun 2014 hanya beliau yang masih bertahan dan eksis.
Penampilan Jojon di awal mula karirnya tidak seperti saat ini. Awal karirnya dilakukan dari panggung ke panggung. Arena Pekan Raya Jakarta di tahun 1975 menjadi salah satu panggung Jojon. Sampai akhirnya Jojon tampil di televisi. Dulu, saat tampil di televisi, Jojon bersama dengan grup lawaknya cuma nongol di TVRI yang merupakan televisi satu-satunya. Apalagi, saat itu dirinya hanya tampil sebagai selingan saja.
Maklum saja, waktu itu televisi milik pemerintah itu acaranya didominasi berita dan musik. Jadi durasi untuk tampil di acara televisi pun hanya sebentar sekali sekitar 15-20 menit. Tapi hal itu merupakan tantangan sendiri bagi grupnya, karena bagaimana cara membuat penonton tertawa hanya dalam waktu yang sangat singkat itu.
Seperti diketahui, Jojon pun akhirnya bisa melewati itu semua. Selain tampil di televisi, bersama grupnya beliau lebih sering menghibur penontonya lewat klub malam dan acara panggung lainnya selain di TVRI .
Nama Jojon pernah menjadi terkenal semenjak pernah tampil diacara tahun baru di TVRI tahun 1980. Saat itulah titik balik dimana Jojon bisa eksis bersama dengan grup lawak lainnya.
Dengan gaya lawakannya yang unik, Jojon memang berbeda dengan pelawak kebanyakan. Dirinya pun bisa tampil apa adanya tanpa sesuatu yang dibuat-buat.
Pernah suatu ketika di rumahnya, Jojon membuat gurauan yang sempat mengagetkan keluarga di rumah, ia berteriak dengan keras “Kebakaran! Kebakaran! Bangun, bangun!” Serentak semua keluarga bangun dan panik, namun Jojon dengan tenang lalu berkata, “Lari-lari ke Monas, yuk”.
Dari awal menjadi seorang pelawak Jojon sampai saat ini masih tetap memiliki gaya sendiri dalam menghibur penonontonya, yakni tampilan dungu dengan celana komprang melewati perut dan kumis ala Charlie Chaplin.
Bahkan menurut Cahyono sahabatnya, "Jojon selalu tampil dengan memaksimalkan kepolosannya dan apa adanya, sehingga tidak dibuat-buat. itulah yang membuat beliau eksis," katanya.
Grup lawak Jayakarta pun melejit dan disejajarkan dengan Srimulat serta Warkop DKI setelah beranggotakan Cahyono, Jojon, U’uk dan Esther.
Mereka memiliki karakteristik masing-masing yakni Cahyono yang bergaya kebapakan dan berjiwa pemimpin, Jojon si Pintar Pintar Bodoh, U’uk selalu tampil ala preman namun dengan suara tinggi yang unik. Sedangkan Esther bergaya kemayu dan berpakaian sebagai wanita.
Dengan ciri khas tersebut, masyarakat terhibur kala menyaksikan penampilan Jojon cs di berbagai acara TVRI seperti “Aneka Ria”, “Aneka Ria Nusantara”, Aneka Ria Safari” dan “Kamera Ria”. Popularitas Jojon cs naik daun setelah ikut “Parade Lawak” yang diprakarsai oleh Paguyuban Pelawak Indonesia pimpinan Eddy Soed.
Bersama Jayakarta Grup, Jojon telah menghasilkan empat film layar lebar yaitu, Tiga Dara Mencari Cinta (1980), Okey Boss (1981), Apa Ini Apa Itu (1981), Barang Antik (1983).
Advertisement