6 Pemicu Pertengkaran Orangtua Baru Usai Kelahiran Bayi

Pengalaman mengurus bayi baru lahir tentu momen yang paling indah di dunia ini. Namun, keindahan tersebut dikombinasikan dengan tekanan.

oleh Melly Febrida diperbarui 12 Mar 2014, 12:30 WIB

Liputan6.com, London Kehadiran bayi di tengah keluarga tentu membawa kebahagiaan. Tapi, saat kehadiran anggota baru inilah pasangan kerap bertengkar. Mengurus bayi yang baru lahir tanpa ada pertengkaran mustahil terjadi.

Pengalaman mengurus bayi baru lahir tentu momen yang paling indah di dunia ini. Namun, keindahan tersebut dikombinasikan dengan tekanan yang memicu pertengkaran dengan pasangan. Ada beberapa pemicu pertengkaran yang paling umum terjadi pada orangtua baru seperti dilansir Parentdish, Rabu (12/3/2014):

1. Kelelahan

Pasangan suami istri bisa berdebat tentang siapa yang paling lelah. Kadang-kadang suami akan mengatakan dia sudah bergadang sepanjang malam tapi sang istri menemukan suaminya malah mendengkur. Seperti yang dialami Andrea, dari Slough. Menurutnya, pertengkaran itu lebih kepada siapa yang kualitas tidurnya terbaik.

"Itu semua tentang jumlah karena jika Anda yang paling lelah, Anda memiliki hak istimewa, seperti yang tidur berikutnya atau tak menjadi orang yang berikutnya harus bangun," kata Andrea.

2. Siapa yang terbaik

Pasangan suami istri mungkin akan merasa lebih baik dibanding yang lain. Contohnya saja ketika
perempuan merasa disudutkan seperti yang dialami Maddie, Nottingham.

"Saya merasa sepertinya saya tak tahu apapun yang saya lakukan ketika saya pertama kali mempunyai anak perempuan. Sekarang saya menyadari ibu yang baru juga merasa seperti ini tapi pada saat itu saya hanya berpikir saya gagal total,

"Ini membuat saya benar-benar defensif. Setiap kali pasangan saya mempertanyakan apapun yang saya lakukan atau memberikan saran, saya kehilangan kendali dan berpikir ia menyudutkan saya,

"Saya terus-menerus mengatakan `Oh, jadi kamu mengatakan saya ibu yang buruk?` Dia menjawab, `Tidak, saya hanya menanyakan apakh kamu memasangkan popok`. Bagian terburuknya adalah si pria sering benar," kata Maddie.

3. Tingkat stres yang kompetitif

Pria terkadang kesal karena harus membantu istrinya juga di malam hari padahal ia memiliki pekerjaan yang tingkat stresnya tinggi. Richard, Bournemouth, merasakannya ketika ia harus membantu istri padahal banyak kerjaan di kantor di esok harinya.

"Saya memiliki pekerjaan yang bikin stres di kota, berjam-jam, presentasi di depan klien yang menegangkan, penawaran multi juta poundsterling dan bos tirani. Ketika saya pertama kali kembali bekerja setelah cuti, saya menemukan perjuangan yang nyata dan merasa sulit ketika istri saya meminta membantunya tugas malam.

"Yang bisa kulihat adalah ketika saya stres, dia (istri) ikut grup ibu dan anak, makan cake dengan teman-temannya atau bercanda di Facebook,

"Saya menyadari tak ada bos yang lebih menuntut dibanding bayi baru lahir. Saya pikir kami memiliki pemahaman yang baik setelah itu, dan saya sangat menghormati siapa saja yang menghabiskan sepanjang harinya dengan menjaga anak-anaknya," kata Richard.

4. Giliran siapa

Jane dari Huddersfield merasa menjadi orangtua mengubah ia dan suaminya menjadi sepasang anak-anak besar.

Saya: "Tapi saya yang mengganti popoknya terakhir kali!"
Suami: "Tapi saya melakukannya ketika di Starbuck!"
Saya: "Tapi saya mengganti semuanya sepanjang hari!"

Hal ini bisa berlangsung selama beberapa menit di suatu waktu. Untuknya, setelah itu Jane bersama suaminya bisa tertawa lagi.

5. Menghilang

Christine dari Blackburn merasa suaminya menghlang ketika dibutuhkan. "Suami saya seperti orang yang tak terlihat saat bayi harus diganti popoknya atau waktunya makan atau waktu tidur siang. Dia akan bergumam tentang sesuatu dan pergi ke komputer atau mengisi bensin dan kemudian muncul lagi satu jam kemudian, biasanya ketika bayi sudah makan atau tidur," kata Christine.

6. Polisi jahat, polisi baik

Gemma dari Stockport menceritakan pengalamannya ketika ia dan suaminya sama-sama lelah dengan pekerjaannya, balita Anda yang jadi sasaran omelan.

Segera setelah itu terjadi, ada pihak yang berusaha menjadi pelindung. `Jangan bicara seperti itu padangan` atau `Ini bukan salahnya kamu memiliki hari yang buruk, dia hanya bayi`.

Setelah pasangan tersebut merasa bersalah, Gemma dan suaminya segera merasa tak enak. "Saya pikir mudah menjadi orangtua yang lebih baik ketika Anda salah satu yang diam mengamati," kata Gemma.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya