Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Kereta Api Indonesia meminta pemerintah agar tidak telat memberikan subsidi kepada perseroan. Selain itu, subsidi itu sebaiknya tidak digunakan untuk perbaikan stasiun.
Advertisement
"Tolong subisidi (public service obligation/PSO), kalau kasih PSO jangan telat juga. Itu harus lebih tepat," kata Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, Ignasius Jonan, dalam dialog kebangkitan perkerataapian Indonesia, di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (11/3/2014).
Jonan mengungkapkan, subsidi untuk tiket kereta tidak bisa dialihkan untuk perawatan stasiun kereta. Hal itu karena bila dialihkan untuk perawatan stasiun kereta maka akan banyak dana yang dikeluarkan.
"Yang tantangan pembiayaan karcis atau pso. Misal stasiun Tanjung Priok. Saya tidak happy sekali. Ini mesti banyak diperbaiki. Kalau 700 stasiun diperbaiki sekaligus KAI bangkrut. Kalau APBN untuk sarana yang perlu untuk signal dan bangun double track," ujar Jonan.
Jonan melanjutkan, saat ini PT KAI terus melakukan perbaikan untuk kenyamanan penumpangnya. Pasalnya PT KAI membeli gerbong kereta kondisi bekas.
"Perbaikan KRL berlanjut karena ini bekas. Kalau AC masih gangguan, tarif masih segitu belum naik," tutur Jonan. Untuk menjaga kenyamanan penumpang, PT KAI juga telah memberhentikan kereta api yang berusia di atas 10 tahun. "Kalau kereta jarak jauh, tujuh tahun semua kereta sekarang usia di atas 10 tahun dibuang diganti baru. Banyak sarana sudah jelek, diganti bodi berkali-kali," pungkasnya.
PT Kereta Api Indonesia telah mendapatkan subsidi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan senilai Rp 1,2 triliun pada 2014. Jumlah subsidi ini meningkat dibandingkan 2013 sebesar Rp 682 miliar. Peningkatan subsidi diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengguna kereta api terutama penggunaan kereta api listrik (KRL).