Liputan6.com, Jakarta Pelaku industri furniture mengeluh masih banyak kendala yang harus dihadapi sektor usaha ini agar bisa bersaing dengan produk serupa dari negara lain.
Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Soenoto mengatakan salah satu kendala yang dihadapi industri furniture nasional yaitu infrastruktur jalan yang buruk.
Meskipun tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, ketersedian infrastruktur yang baik mampu mendorong perkembangan industri furniture.
"Infrastruktur penting. Tahun kemarin pernah kejadian ada calon buyer mau berkunjung ke pabrik kita, di Tangerang, tapi karena jalannya seperti kubangan, akhirnya balik lagi dan tidak jadi deal. Dan ini sangat merugikan. Saya menghimbau kepada Pak Djoko Kirmanto (Menteri PU), infrastruktur harus segera diperbaiki," ujarnya di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (11/3/2014).
Selain masalah infrastruktur, Soenoto juga mengelukan soal aturan yang dibuat pemerintah. Beberapa regulasi pemerintah dianggap bukan mendorong pertumbuhan industri ini, tetapi malah menghambat.
"Proses birokrasi dan perizinan harus terus dipersingkat, seperti aturan di (Dirjen) Bea Cukai. Misalnya kalau kita dapat contoh desain kursi dari luar negeri. Kita minta diproduksi di sini. (Ketika masuk pemeriksaan Bea Cukai) itu sudah dibelah supaya tidak ada value-nya. Tetapi tetap saja tidak mudah mengeluarkan barang dari sana (petugas Bea Cukai)," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat juga mengakui yang menjadi hambatan bagi industri furniture dalam negeri saat ini yaitu soal biaya distribusi bahan baku ke tempat produksi maupun penditribusian setelah menjadi produk furniture siap pakai.
"Yang membuat masalah kita tidak kompetitif itu karena biaya transportasi dari tempat bahan baku ke tempat produksi itu mahal. Itu yang mau kami perangi," tandas Hidayat.
Advertisement