Malaysia Airlines Ternyata Perusahaan yang Keuangannya Sedang Genting

Kondisi keuangan Malaysian Airlines yang terbelit utang membuat spekulasi adanya kelalaian pemeliharaan pesawat.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 12 Mar 2014, 11:23 WIB
Pesawat Malaysia Airlines yang hilang mengangkut di antaranya 152 warga China, 38 Malaysia, 12 Indonesia, dan 7 warga Australia.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Hilangnya Malaysian Airlines dalam penerbangannya ke Beijing telah menjadi sorotan masyarakat dunia. Saat ini, maskapai tersebut memang tengah mengalami kesulitan finansial dan sedang berusaha menerapkan rencana restrukturisasi.

Seperti dikutip dari CNBC, Rabu (12/3/2014), kondisi tersebut melahirkan berbagai spekulasi termasuk adanya kelalaian pemeliharaan pesawat karena tersandung kendala keuangan yang tengah dihadapi perusahaan penerbangan Malaysia itu.

"Meskipun tengah kritis secara finansial, kami tak yakin MAS (Malaysian Airlines System) berkompromi soal kualitas armadanya khususnya terkait pemeliharaan pesawat. MAS secara konsisten terbukti berkualitas tinggi dan selalu melakukan pemeriksaan secara rutin," ungkap analis Affin Investman Bank, Sharifah Farah.

Akan tetapi meskipun catatan keamanan pesawat terbukti baik-baik saja, kinerja keuangannya tidak memuaskan. Maskapai tersebut mencatatkan kerugian sebesar 1,17 miliar ringgit pada 2013. Bila dikonversikan menjadi rupiah, kerugian Malaysia Airlines mencapai Rp 4,06 triliun (memakai kurs rupiah 3.474,6949 per ringgit Malaysia). Angka tersebut jauh lebih buruk dibandingkan prediksi para analis.

Hanya sedikit analis yang menilai maskapai tersebut dapat meraup untung pada 2014 mengingat kerugian tersebut dapat membesar hingga 2015.

"Mereka selalu berada dalam posisi yang sangat genting. Saya rasa jika MAS merupakan seorang pasien, dia seharusnya sudah berada di ruang ICU (Intensive Care Unit)," ungkap Shukor Yusof, analis Standard & Poor's Capital IQ.

Dia menjelaskan, MAS sering sekali mengalami kerugian. Bahkan pihak manajemen telah berkali-kali mengganti CEO MAS.
"Itu tidak mengubah apapun. Ini pertanyaan soal hukum, soal manajemen, dan keterlibatan pemerintah," tutur Yusof.

Yusof juga mengungkapkan, perusahaan penerbangan tersebut menanggung utang jangka panjang sebesar 10,36 miliar ringgit. Utang itu setara Rp 35,99 triliun dengan asumsi nilai tukar rupiah 3.474,69 terhadap ringgit Malaysia. Sementara pada Mei tahun lalu, MAS menjual kepemilikan sebagian sahamnya seharga 3,07 miliar ringgit.

Analis tersebut juga mengatakan, maskapai MAS cenderung melakukan sejumlah kesalahan finansial dalam pengelolaan perusahaannya. Sejauh ini, isu tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang membuat MAS kesulitan mencetak untung.

Lebih dari 70 pesawat dan kapal laut dilibatkan dalam pencarian Malaysian Airlines dengan nomor penerbangan MH370. Tetapi sudah lima hari pencarian tak ada satu petunjuk apapun yang berhasil ditemukan untuk menelusuri jejak pesawat Boeing tersebut sejak kehilangan kontrol dalam perjalanan menuju Beijing dari Kuala Lumpur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya