Liputan6.com, Jakarta - PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI), perusahaan penyedia jaringan dan menara telekomunikasi telah resmi melakukan pencatatan saham perdana emiten ke-6 pada 2014. Dalam transaksi perdagangan pertama saham Bali dibuka naik Rp 185 menjadi Rp 585 per saham dari harga penawaran saham perdana Rp 400 per saham.
Saham BALI sempat berada di level tertinggi Rp 600 per saham dan terendah Rp 585 per saham. Sejak pencatatan saham perdananya, saham ini telah naik 50% menjadi Rp 600 per saham.
Advertisement
Saham BALI ini memang kurang aktif ditransaksikan. Berdasarkan data RTI, total frekuensi perdagangan saham sekitar 5 kali dengan volume 101 lot saham. Nilai transaksi perdagangan saham sekitar Rp 6 juta. Kenaikan harga saham yang signifikan membuat saham BALI kena autorejection.
Maksudnya autorejection ini harga penawaran jual dan atau permintaan beli yang dimasukkan dalam JATS adalah harga penawaran yang masih berada di dalam rentang harga tertentu.
Bila anggota bursa memasukkan harga di luar rentang harga itu maka secara otomatis akan ditolak oleh JATS ini dikenal dengan autorejection. Untuk menentukan autorejection ini ada batasan tertentu.
"Saham perseroan ini dicatatkan dengan nama BALI yang mencerminkan identitas perseroan, kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (13/3/2014).
Perusahaan di bidang usaha penyedia jasa jaringan telekomunikasi, mencatatkan jumlah saham 597.800 juta lembar saham, sedang yang ditawarkan 88 juta lembar saham.
Jumlah tersebut setara dengan 14,72% dari total saham perseroan. Dengan demikian,total dana dari penawaran saham perdana ini sebesar Rp35,2 miliar.
Dana hasil IPO akan digunakan perseroan untuk belanja modal, yakni sekira 17,2 persen dari total biaya pembangunan menara dan peningkatan jaringan telekomunikasi di Bali. Sedangkan sisanya akan menggunakan pendanaan dari perbankan.
Bersamaan dengan ini, perseroan juga mencatatkan sebanyak 176 juta waran seri I, yang mewakili 34,52% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor sebelum resmi mencatatkan saham perdana ini.
Waran ini akan diberikan kepada pemegang saham baru, yaitu tiap satu saham baru yang namanya tercatat dalam DPS penjatahan berhak atas dua waran. Waran ini dapat dikonversi dengan harga pelaksanaan Rp400 per saham. Dengan demikian, nilai waran ini mencapai Rp70,4 miliar. Konversi ini sendiri bisa dilakukan mulai enam bulan sejak dicatatkan di BEI.
"Emiten ke 6 ini diharapkan menjadi katalis bagi perusahaan lainnya untuk berani mencatatkan sahamnya di tengah tahun politik seperti saat ini," ujar Ito.