Makin Tua, Makin Sedikit Anda Boleh Minum Air

Semakin bertambahnya usia sebaiknya Anda tidak terlalu banyak minum air putih.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 13 Mar 2014, 19:56 WIB
Menurut perawatan dan penyembuhan cara kuno, konsumsi air hangat di pagi, memiliki banyak manfaat untuk yang melakukannya.

Liputan6.com, Jakarta Meskipun minum air putih terbukti ampuh mencegah penyakit seperti batu ginjal dan infeksi saluran kemih, tapi semakin bertambahnya usia sebaiknya Anda tidak terlalu banyak minum air putih.

Begitu disampaikan oleh Ketua Nefrologi Indonesia (Pernefri), dr. Dharmeizar, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal-Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Ia mengatakan, dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal mulai menurun sehingga perlahan-lahan mulai terjadi penyakit-penyakit yang memengaruhi ginjal. Dengan kinerja ginjal yang menurun, jika dibebankan dengan banyak minum air putih maka orang yang lanjut usia dapat lemas dan jatuh.

"Bila penyakit terjadi setelah usia 30-40 tahun, maka akan terjadi penurunan fungsi penyakit yang memengaruhi fungsi ginjal seperti Diabetes Melitus (DM) dan hipertensi apalagi jika penyakit tersebut tak dikontrol dengan baik," katanya di sela-sela acara peringatan World Kidney Day di JW Marriott Hotel, Jakarta, Kamis (13/3/2014).

Dharmeizar menjelaskan, bagi penderita hipertensi dan DM memerlukan pengobatan seumur hidup. Selain itu perlu mengonsumsi makanan yang mengandung banyak serat (sayur-sayuran) dan buah, mengurangi asupan lemak, mengurangi asupan garam dan minum cukup.

"Minum tidak boleh kurang dan lebih atau kira-kira 2 liter sehari. Sedangkan untuk usia diatas 65 tahun, maksimal 1.5 liter per hari), olah raga teratur, berhenti merokok dan mencegah kegemukan” jelasnya.

Menguatkan pernyataan tersebut, dokter spesialis penyakit dalam FKUI-RSCM, Dr. dr. Parlindungan Siregar SpPD.KGH mengatakan bahwa usia dibawah 60 tahun cukup mengonsumsi air putih 2-3 liter sehari dan usia lebih dari 60 - 65 tahun, maksimal asupan air putih harus kurang dari 1 liter.

"Banyak minum bisa membuat kekentalan darah naik. Kalau kekentalan darah naik, maka rangsangan Antidiuretik hormone (ADH) atau hormon yang mengatur kadar air dalam tubuh juga akan keluar banyak. Jika hormon ini berlebihan, banyak air diserap kembali di pembuluh darah. Kalau air tidak keluar akan menyebabkan lemas," jelasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya