Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan sebuah peraturan menteri yang isinya menyatakan bahwa tidak semua rumah sakit dan klinik kecantikan boleh melakukan terapi stem cell (sel punca).
Alasannya, sel punca yang kini menjadi primadona dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, banyak disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Advertisement
Salah satu klinik kecantikan di Indonesia yang menggunakan terapi sel punca adalah Ultimo Aesthetic & Dental Center. Di klinik ini, sel punca yang berasal dari lemak yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit Osthearthritis (OA) dan untuk memperbesar payudara.
Lantas, bagaimana dengan perizinannya mengingat klinik ini ada jauh sebelum peraturan menteri dibuat.
Pemilik Ultimo Aesthetic & Dental Centre, dr. Enrina Diah, Sp. BP mengatakan bahwa di klinik yang didirikannya itu menggunakan stromal vascular fraction (SVF), ekstrak yang diambil dari lemak, yang berasal dari pasien sendiri. Di dalam SVF terkandung jaringan adiposa dan sel punca jenis mesinkemal (salah satu sel punca dewasa) dan faktor-faktor penyembuhan.
"Jadi, pada dasarnya, tindakan ini seperti transfusi, ataupun prosedur transfer lemak PRP yang saat ini banyak dilakukan. Tidak ada manipulasi sel, tidak ada kultur, sehingga tidak memerlukan validasi," kata dr. Enrina secara khusus kepada Health Liputan6.com di Ultimo Aesthetic & Dental Centre, Plaza Asia Lantai 18, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 59, Jakarta Selatan, Jumat (14/3/2014)
Menurut dia, apa yang dilakukan di rumah sakit sudah jelas berbeda dengan apa yang dilakukan di klinik kecantikan miliknya. Di rumah sakit, kata dia, dari sisi pengembangannya, banyak yang mengambil dari darah, karena itulah harus 'dikultur'. "Itu kan, perlu adanya perlakuan khusus pada sel. Itu khusus sekali tindakannya," kata Enrina menambahkan.
Selain di jaringan adiposa (lemak) dan sumsum tulang, di darah manusia pun terdapat stem cell. Tak hanya itu, di gigi manusia juga terdapat stem cell. Namun lemak adalah yang paling kaya.
Terapi stem cell di Indonesia memang masih tergolong baru. Di satu sisi tidak sedikit yang menggunakan tumbuhan dan hewan, yang tentu secara keilmuwan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Di sisi lain orang takut sekali dengan stem cell. Jadi, menurut Enrina, belum banyak yang tahu mengenai itu.
Lebih lanjut dia mengatakan, masalah perizinan, dirinya belajar banyak dari negara Paman Sam, Amerika. Negara AS paling ketat dalam peraturan mengenai stem cell.
Selain itu, dr. Enrina juga meminta kepada masyarakat untuk tidak terlalu takut, karena sel punca merupakan holicare medicines (sel yang memiliki banyak manfaat untuk pengobatan) yang harus dikembangkan.
Ultimo merupakan klinik terpilih dari Cell Surgical Network (CSN) di Amerika Serikat untuk pengembangan stem cell. Ultimo memang memenuhi syarat perizinan yang sudah ditetapkan secara sah. Jadi, karena tidak melakukan manipulasi sel, tidak membiakkan serta tidak menyimpan, semua jadi sederhana, cukup sehari selesai atau cukup butuh one day procedure.
Cell Surgical Network, jelas dia, mendapat IRB di Amerika Serikat, untuk melakukan pengumpulan data di seluruh Amerika dan beberapa pusat yang ada di seluruh dunia, seperti Shanghai, Thailand dan Indonesia.
"Dari sisi perizinan, kita secara global melakukan ini. Karena di Indonesia sendiri, untuk SVF sendiri, tidak ada yang mengatur secara khusus," kata dia menerangkan.
Dalam penerapannya, pasien yang datang ke kliniknya akan diperiksa terlebih dulu, lalu diambil ekstrasi sel untuk diambil SPF dan langsung disuntikkan di area yang membutuhkan. Protokol pengerjaannya, Ultimo & Dental Center mengacu pada CSN.
"Mereka sudah berdiri sejak 2010 dan sudah mendapat perizinan dari IRB di Amerika Serikat," kata dr. Enrina.
Sebenarnya, masalah perizinan itu sendiri, banyak dari negara lain yang mendatanginya mengajukan sebuah bentuk kerjasama. Mulai dari Jerman, Korea, dan China.
" Jerman datang ke sini, Korea datang ke sini, Cina juga, semuanya menawarkan kerja sama. Tapi, kita memiliki yang terbaik dengan mengutamakan keselamatan pasien," kata dia kembali menjelaskan.
"Tapi, kami tetap kepada CSN, menggunakan milik pasien sendiri dan tidak ada manipulasi sel," kata dia menekankan.