Jokowi `Copras-Capres`

Apakah Jokowi sudah pantas memimpin negeri ini?

oleh Edward Panggabean diperbarui 15 Mar 2014, 00:38 WIB
Jokowi cium Merah Putih di Rumah si Pitung (Antara/Tempo-Imam Sukamto)

Liputan6.com, Jakarta - Ada pemandangan berbeda siang itu. Usai salat Jumat, Jokowi tiba-tiba mendatangi rumah si Pitung di kawasan Marunda, Jakarta Utara.

Sejumlah awak media yang membututi berusaha mendesak berbagai pertanyaan seputar pencapresan dirinya. Namun Jokowi bergeming beberapa detik. Mimik wajahnya tampak kaku. Suasana menjadi tegang. Ia berdiri di depan bendera merah putih yang tergantung di tiang yang berdiri di halaman rumah panggung itu.

Tak lama berselang, Jokowi tiba-tiba berucap,"Bismillah, ya saya telah mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Soekarnoputri untuk menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan. Dan dengan mengucap bismillah, saya siap melaksanakan."

Beberapa awak media spontan berucap syukur. Semuanya seolah merasa lega, tuntas. Terjawab sudah pertanyaan yang selama ini mungkin terngiang-ngiang di benak awak media dan masyarakat luas.

Saat itu juga Jokowi langsung mencium bendera merah putih. Suasana kembali tegang. Tak ada lagi kata yang terucap dari mulut mantan Walikota Solo itu. Seorang awak medua kembali melemparkan pertanyaan. Kapan deklarasi? Jokowi langsung berucap singkat, "sekarang jam kerja."

Simbol perlawanan alasan Jokowi memilih rumah si Pitung sebagai lokasi untuk menjawab pertanyaan yang selama ini ditunggu banyak kalangan. Namun ia enggan menjelaskan makna perlawanan tersebut.

Apakah artinya perlawanan terhadap penguasa yang sewenang-wenang? "Itu simbol perlawanan," ulang Jokowi.

Kabar itu pun cepat beredar ke penjuru nusantara. Kecanggihan alat komunikasi media massa menjadikan kabar itu beredar bagai kilat.

Kabar itu menyebar ke pelosok-pelosok daerah. Ke ruang-ruang kerja, ke pasar, angkutan umum, hingga ke telinga para politikus. Selang beberapa saat kemudian, kantor DPP PDIP yang beralamat di Lenteng Agung, Jakarta Selatan pun mendeklarasikan secara resmi pencapresan Gubernur DKI Jakarta itu untuk Pemilu 2014.

Deklarasi tersebut disampaikan oleh Puan Maharani selaku Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Puan didampingi Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo menyampaikan dengan tegas bahwa deklarasi tersebut memandatkan Jokowi sebagai capres partai berlogo banteng moncong putih itu. Mandat tentu datang dari sang ketua umum partai, Megawati Soekarnoputri. Entah kenapa saat itu Mega mewakilkan putrinya untuk menyampaikan mandat itu.

Ada 3 titah penting dari putra Bung Karno itu kepada Jokowi. Pertama meminta Jokowi menjaga NKRI dan 4 Pilar, kemajemukan bangsa, menjaga UUD 45, dan menjaga Pancasila 1 Juli.

Kedua, menjalankan Trisakti dalam proses pengambilan keputusan yang prorakyat. Harus sejahterakan rakyat Indonesia, untuk mengawal, dan prorakyat dalam politik pembangunan menuju Indonesia Hebat, menuju kemerdekaan yang dicita-citakan proklamator pendiri bangsa, Soekarno. Dan ketiga, menjalankan Trisakti berdaulat bidang politik dan berkepribadian.

Ueforia dan Kritik

Deklarasi Jokowi sebagai capres PDIP merubah konstelasi politik. Maklum, tak lama lagi Pemilu 2014 akan berlangsung. Hanya hitungan hari. Tak sedikit masyarakat menyambut dengan suka cita.

Tak sedikit pulu yang menyampaikan kritik pedas. Terutama kalangan politisi dari lawan politiknya. Bagi masyarakat, ini menjadi euforia tersendiri hadirnya calon pemimpin baru. Masyarakat sepertinya rindu dengan sosok pemimpin baru yang lebih peduli terhadap rakyatnya. Pempimpin yang membawa perubahan ke arah lebih baik lagi.

Euforia ini tampak di berbagai jejaring sosial. Banyak pengguna jejaring sosial yang menaruh harapan kepada Jokowi untuk memimpin Tanah Air Indonesia agar menjadi lebih baik. Seperti di kicauan di twitter. Mereka ada yang mencibir, menyayangkan pencapresan Jokowi, ada pula yang memuji melaui akun @PDI_Perjuangan.

Janji Jokowi pada saat kampanye menjadi bahan cibiran para pemilik akun twitter. Ada juga yang kecewa dan menyayangkan Jokowi yang tak menuntaskan amanatnya sebagai gubernur. Di akun twitter milik pendukung Jokowi itu menyebarkan logo baru "Jokowi for president".

Logo berwarna merah putih itu bergambar wajah Jokowi lengkap dengan pernyataan, agar logo ini digunakan untuk profil picture sebagai dukungan kepada Jokowi.

Bahkan di jejaring sosial itu, Jokowi menjadi tranding topic. Hashtag #JKW4P masuk dalam daftar trending topic di Twitter untuk Indonesia. Tak hanya hashtag #JKW4P, hashtag lain yang berhubungan dengan Jokowi juga masuk dalam 10 besar trending topic seperti Pak Jokowi, PDIP serta Capres.  

Di sisi lain, deklarasi Jokowi menjadi sasaran empuk bagi lawan politiknya. Meski dalam bahasa poitiknya mereka memberikan apresiasi kepada PDIP, namun secara tak langsung mereka bersiap-siap mengokang senjata. Deklarasi ini seolah menambah kencang pukulan genderang tanda dimulainya perang politik menuju kursi RI1.

Secara umum sejumlah parpol besar hingga menengah memberikan pernyataanya, seperti Partai Golkar, Demokrat, PAN, PKS, PKB, dan sebagainya. Umumnya mereka mengapresiasi. Namun ada beberapa politisi yang tak segan-segan mengritik secara tegas, seperti juru bicara Demokrat Ruhut Sitompul.

Ruhut menyebut Jokowi tak pantas maju sebagai capres. Bahkan, ia meminta mantan mengusaha mebel itu untuk berkaca diri. Jokowi dinilai tidak becus memimpin Jakarta, apalagi ibu pertiwi ini.

Kritikan dan penolakan juga datang dari internal PDIP sendiri. Para pendukung Megawati yang bernama Promeg itu menolak keras Jokowi sebagai capres PDIP. Mereka menilai Jokowi belum layak menjadi pemimpin. Jokowi tak lebih dari pelaksana administrasi saja, bukan tipe pemimpin yang visioner.

Mereka menilai Megawati menjilat ludah sendiri dengan mengusung Jokowi sebagai capres PDIP. Sebab, Megawati pernah menyatakan akan menetapkan capres setelah pemilihan legislatif. Bahkan, mereka pun mengancam golput pada pemilu nanti.

Bila dilihat dari tulisan tangannya, apakah Mega ikhlas mencalonkan Jokowi sebagai capres? Grafolog Deborah Dewi menilai keikhlasan itu melalui tulisan Megawati. Hasilnya, Megawati tulus mengusung Jokowi sebagai capres.

Kendati, dari tulisan itu terlihat Mega masih memiliki keinginan untuk mencalonkan diri, namun hubungan yang sangat baik dan erat dengan mantan Jokowi, ditambah dengan beberapa kesamaan karakter di antara keduanya, membuat hubungan tersebut kian harmonis.

Menurut Debo, hasil analisa tulisan tangan dari istri almarhum Taufik Kiemas secara konsisten menunjukkan bahwa Mega termasuk sosok tokoh dengan karakter yang cukup dominan, dan lebih termotivasi jika memiliki wilayah kekuasaan atau teritori untuk membuat keputusan.

Saat melakukan analisa tulisan tangan Megawati dan Jokowi dengan menggunakan pendekatan Gestalt dan Atomistic sekaligus, mendapatkan hasil adanya kesamaan di antara keduanya. Keduanya sama-sama peka dan memiliki empati yang baik, sehingga bisa sama-sama saling menjaga perasaan masing-masing.

Selain itu, keduanya juga berani mengambil tindakan, meskipun tindakan itu dianggap berisiko tinggi. Serta berkemampuan beradaptasi yang cukup tinggi, dan kemampuan berpikir cepat.

Majunya Jokowi dalam pertarungan kursi presiden juga membuat partai lain mengubah strategi politiknya. Meskipun nama Jokowi sudah digadang-gadangkan PDIP sejak lama. Setidaknya ada dua arus yang akan muncul akibat deklarasi Jokowi. Mendukung atau menjadikan bidikan politik bagi pesaingnya. Tanggungjawab sebagai gubernur DKI menjadi target ampuh melumpuhkan Jokowi.

Bagi capres pesaing, deklarasi ini mendapat apresiasi. Mereka tak gentar. Sebagian capres menilai penetapan Jokowi sebagai capres menambah persaingan menjadi lebih berkualitas.

Direktur Direktur Eksekutif Polcomm Institute Heri Budianto menilai, pencalonan Jokowi dinilai akan mengubah peta politik, khususnya pencapresan. 180 derajat berubah. Karena capres yang sudah dideklarasikan parpol khususnya Golkar, Gerindra, Hanura, dan konvensi capres Partai Demokrat memang sulit mencari lawan yang bisa menandingi Jokowi.

Dengan dicalonkannya Jokowi, yang perlu menjadi perhatian adalah Partai Golkar. Golkar akan menjadi penentu berapa pasang calon presiden pada Pilpres 2014. Ini karena Gerindra, Hanura, Demokrat, atau partai menengah khususnya Islam akan berkoalisi. Namun, ini belum bisa dipastikan karena partai menengah biasanya merapat ke partai pemenang pemilu.

Lalu bagaimana dengan wakilnya Ahok? Dia sangat mendukung dengan pencapresan Jokowi. Menurut politisi Gerindra itu, Jokowi dapat membenahi Jakarta lewat kursi presiden. Ia juga mengaku siap jika kelak ditinggal Jokowi jika terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2014.

Bahkan, Ahok menyarankan Jokowi untuk mengambil cuti panjang agar lebih konsentrasi memenangkan perebutan kursi presiden. Apapun keputusan Jokowi, Ahok menghormatinya meski berbeda partai.

Simbiosis Pengusaha

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Gun Gun Heryanto melihat ada sisi lain dari penyapresan Jokowi. Sebabnya, pada Kamis malam kemarin, sebelum Jokowi ditetapkan capres, sekitar 60 pengusaha melakukan pertemuan dengan Megawati di Kantor DPP PDIP.

Melihat fenomena tersebut, Gun Gun menilai ongkos pemilu yang tinggi melahirkan simbiosis mutualisme antara parpol yang mengusung calon penguasa dengan pengusaha atau pebisnis. Menurutnya pebisnis juga melihat siapa yang paling potensial meraih dukungan dalam pemilu.

Ia mencontohkan pengalaman pada 2004, pengusaha berbondong-bondong mendukung partai SBY. Sekarang pun sama, berbondong-bondong masuk PDIP, bukan sebagai anggota, tapi menunjukkan pengusaha di belakang PDIP atau pencalonan Jokowi.

Dalam sejarah, praktik politik di berbagai negara termasuk di Indonesia, kalangan pengusaha memang kerap menjadi 'aktor di balik layar' yang menentukan pemilu. Karena pengusaha yang menentukan, tentunya ada kompensasi yang diharapkan dari calon penguasa yang didukungnya.

Pengamat Valas, Farial Anwar mempunyai pandangan sendiri terhadap Jokowi di mata para investor dan pelaku pasar keuangan. Pasar mencari sosok yang market friendly dan media darling sebagai Presiden Indonesia. Dan Jokowi hadir mencalonkan diri sebagai figur yang dinantikan masyarakat.

Pengumuman Jokowi sebagai Capres, sudah disambut positif oleh pasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), melesat jauh mencapai titik tertinggi lantaran pasar merespons berita ini dengan memborong saham dan menjual dolar Amerika Serikat (AS).

Meski begitu, menurut Farial, penguatan IHSG dan nilai tukar rupiah sudah terjadi sejak awal bulan ini. Pengumuman Jokowi sebagai Capres semakin memicu penguatan indeks saham dan kurs rupiah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bergerak perkasa di bursa saham regional. Sentimen politik seiring deklarasi capres Jokowi ini memberikan tenaga bagi IHSG pada Jumat pekan ini. Padahal sejumlah indeks saham di bursa saham Asia cenderung melemah menjelang akhir pekan ini.

Indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,75% ke leel 1.919,90. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 3,3% ke level 488,32. Lalu indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1% ke level 21.539,49. Sementara itu, indeks saham Malaysia FTSE BM turun 0,76% ke level 1.805,12.

Sementara Budayawan Betawi Ridwan Saidi menilai Jokowi belum layak menjadi calon presiden. Dia beralasan, mantan Walikota Solo itu tidak serius dalam menangani Kota Jakarta.

DPP PDIP sendiri menampik anggapan bila pengusungan Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pemilu 2014 memperlihatkan ambisi dan tidak menunjukan etika yang baik dari seorang politisi. Jokowi adalah sosok yang memenuhi harapan yang diberikan sebagian besar orang terhadapnya, dan bukan sebagai ambisi pribadi.
   
Penganti dan Pendamping

Jika Jokowi pada akhirnya memenangkan kursi presiden, lantas siapa pengganti kursis DKI1? Berbagai asumsi pun bermunculan. Dari mulai Ahok sampai politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka. Ahok pun menanggapi hal ini dengan gurauan.

Pengamat politik Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menilai, pengusungan Jokowi menajdi capres merupakan bagian dari potret dinamika kehidupan demorasi.

Masalah Jakarta, menurutnya bisa saja diteruskan kepada Ahok atau siapapun. Soal kemungkinan kekecewaan warga Jakarta kepada Jokowi lantaran tidak tuntas memimpin Jakarta, itu relatif. Karena warga Jakarta majemuk. Bagi pendukung partai lainnya, pasti mereka kecewa. Tapi bagi pendukung PDIP, mereka akan mendukung.

Intinya, pengganti Jokowi adalah sosol pemimpin yang jujur, tegas, konsisten, dan berkemampuan pemimpin lainnya.  Ia menilai, pencapresan Jokowi oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah tepat. Karena sesuai hasil berbagai survei, elektabilitas Jokowi selalu unggul.

Terkait janji Jokowi akan menyelesaikan masalah Ibukota Jakarta, menurutnya tidak ada gubernur atau kepala daerah yang benar-benar sanggup menuntaskan. Janji menyelesaikan berbagai masalah saat berkampanye dinilai hal yang wajar dalam kampanye agar memilihnya.
Menurutnya, Fauzi Bowo saja satu periode memimpin belum dapat menyelesaikan masalah Jakarta. Tapi Jokowi dalam setahun ini sudah dapat menyelesaikan sejumlah masalah di Jakarta, setidaknya sudah ada perubahan.

Apa jaminan bagi Jokowi dapat memimpin bangsa ini, sementara masalah di Jakarta Jokowi belum terlihat jelas dapat menuntaskan dengan baik. Menurut Indria, kembali lagi kepada rakyat yang memilih. Karena semua ini adalah proses demokrasi, sehingga keputusan ada di tangan rakyat.

Lantas siapa pasangan Jokowi sebagai cawapresnya? PDIP belum belum memikirkan hal ini. Apakah Ahok akan kembali mendampingi? kita lihat saja. Yang jelas, dalam kehidupan politik semua bisa saja terjadi. (Raden Trimutia Hatta)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya