Siapapun Presidennya, Rupiah Diprediksi Paling Kuat Rp 10.800

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah naik ke level 11.421 terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat pekan ini.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Mar 2014, 13:08 WIB
Beberapa petugas menata uang kertas rupiah di bagian Cash Centre BNI di Jakarta, Selasa (8/9). (Antara)

Liputan6.com, Jakarta Pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden Republik Indonesia menuai euforia bagi ekonomi Indonesia. Mulai dari penguatan rupiah hingga IHSG.

Berdasarkan data RTI, rupiah mampu menguat 114 poin ke level 11.310 per dolar Amerika Serikat pada pukul 18.31 WIB, Jumat (14/3/2014), atau sesaat setelah PDI-P, mengumumkan tentang pencalonan Jokowi sebagai calon presiden (capres).

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah naik ke level 11.421 terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat pekan ini dari posisi Kamis sebesar 11.387.

Namun, pengamat Eran memprediksi siapapun nantinya yang akan menjadi Presiden Indonesia hanya akan mampu mengerek mata uang ini menguat ke Rp 10.800, tidak bisa kembali ke posisi di bawah Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

"Dengan melihat kondisi fundamental ekonomi Indonesia rupiah paling menguat di Rp 10.800," jelas Pengamat Ekonomi Indef Ahmad Erani Yustika saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (15/3/2014).

Dia menilai, kondisi perekonomian juga serupa dengan politik, penuh dengan ketidakpastian. Hal ini pula yang terjadi pada kondisi nilai tukar rupiah misalnya.

Level penguatan yang hanya sampai Rp 10.800 mengacu pada fundamental ekonomi di Indonesia. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, dan kinerja ekonomi lainnya.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya