Kabut Asap Riau Ancam Produk Minyak RI

Riau selama ini menjadi salah satu tulang punggung produk minyak nasional.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Mar 2014, 11:02 WIB
Kebakaran di Riau semakin meluas dan menyebabkan kabut asap yang mencapai pada level membahayakan. (Ant)

Liputan6.com, Jakarta Kabut asap yang melanda wilayah Riau dan provinsi sekitarnya lambat laun mulai melumpuhkan perekonomian ekonomi Sumatera. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, kabut asap telah menganggu kegiatan operasi industri hulu migas.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Handoyo Budi Santoso, mengatakan, ratusan sumur minyak harus ditutup dan potensi produksi telah hilang setidaknya sebesar 12 ribu barel minyak per hari (BOPD) semenjak Rabu, 11 Maret 2014.
 
“Kondisi ini sangat memprihatinkan. Apabila terus berlanjut seperti ini, produksi minyak nasional akan ikut terancam mengingat Riau menjadi salah satu tulang punggung produksi minyak nasional,” kata Budi Minggu, (16/3/2014).
 
Menurutnya, potensi kehilangan produksi terbesar berasal dari Wilayah Kerja Rokan yang dioperasikan oleh PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI). Kualitas udara yang buruk membuat PT CPI harus melakukan perawatan darurat terhadap North Duri Cogen dan menyebabkan penurunan daya (power shedding) sebesar 70 mega watt (MW).

Sebanyak 573 sumur harus ditutup dan 19 unit pompa untuk injeksi air harus ditutup akibat power shedding ini. Selain itu beberapa kegiatan konstruksi dan perawatan fasilitas produksi terpaksa dihentikan karena minimnya jarak pandang di area kegiatan tersebut.
 
"Hal ini menyebabkan kehilangan potensi produksi sebesar 8.800 BOPD dari wilayah kerja ini," ujar Handoyo.

Penghentian ini juga dikhawatirkan berdampak padakenaikan biaya operasional rig milik perusahaan. Sampai saat ini, tercatat penundaan operasi pengeboran setidaknya sudah terjadi selama 800 jam dari 15 rig.
 
Kegiatan operasi menjadi semakin terbatas karena per 13 Maret 2014 semua wilayah operasi PT CPI sudah berada dalam kondisi kategori merah yang mengindikasikan bahwa Pollution Standart Index (PSI) sudah diatas 500 PSI. Kegiatan pekerja di luar ruangan terpaksa dikurangi dan harus dilakukan bergantian untuk menghindari paparan asap terus menerus.
 
“Dari aspek kesehatan dan keselamatan, kabut asap ini jelas tidak aman buat pekerja,” tutur Handoyo.
 
Gangguan operasi juga dialami oleh PT BOB- Bumi Siak Pusako yang mengoperasikan Wilayah Kerja Coastal Plains and Pekan Baru (CPP). Potensi produksi yang hilang akibat gangguan di wilayah kerja CPP ini mencapai 4.000 BOPD.
 
Kabut asap juga mempengaruhi kegiatan operasi pada wilayah kerja Malacca Strait yang dioperasikan oleh EMP Malacca Strait dengan kehilangan potensi produksi sebesar sekitar 7.000 barel.
 
“Kami berharap semua pihak bisa saling bekerja sama untuk segera mengatasi masalah ini supaya gangguan terhadap produksi tidak berlangsung semakin lama,” pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya