Liputan6.com, Jakarta Kegemaran orang Indonesia berbelanja barang-barang bernilai tinggi, termasuk telepon seluler (ponsel) memicu tingginya impor produk ini dari berbagai negara.
Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai surga bagi para produsen ponsel dari luar negeri untuk memasok produk sebanyak-banyaknya.
Hal itu diperkuat data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterima Liputan6.com, seperti ditulis Selasa(18/3/2014), BPS melaporkan nilai impor ponsel dari sejumlah negara ke Indonesia pada Januari 2014 mencapai US$ 303,64 juta.
Advertisement
Angka ini melonjak dibanding realisasi impor ponsel di akhir tahun lalu sebesar US$ 173,91 juta. Sedangkan di periode Januari 2013, negara lain memasok ponsel ke Indonesia sebesar US$ 219,05 juta.
Pada periode awal tahun ini, impor ponsel dari China menempati urutan pertama dengan realisasi terbesar mencapai US$ 192,63 juta.
Selanjutnya dibuntuti Vietnam dengan nilai impor sebesar US$ 99,91 juta serta Korea di posisi ketiga yang memasok ponsel senilai US$ 4,58 juta.
Sementara sepanjang 2013, impor ponsel Indonesia tercatat menembus US$ 2,79 miliar dengan dominasi China sebagai pemasok terbesar senilai US$ 1,60 miliar.
Peringkat kedua diraih Vietnam dengan nilai impor US$ 607,15 juta dan senilai US$ 203,59 juta oleh Meksiko.
Berikut realisaasi impor ponsel Indonesia dari beberapa negara di Januari ini, antara lain :
1. China sebesar US$ 192,63 dengan berat 1,02 juta kilogram (kg)
2. Vietnam senilai US$ 99,91 juta dan berat 255,70 ribu kg
3. Korea sebesar US$ 4,58 juta dan berat 7,01 ribu kg
4. Taiwan senilai US$ 3,55 juta dan berat 9,39 ribu kg
5. Hong Kong sebesar US$ 2,87 juta dan berat 33,23 ribu kg
6. Spanyol senilai US$ 56,38 ribu seberat 128 kg
7. Singapura senilai US$ 44,50 ribu seberat 21 kg
8. Amerika Serikat sebesar US$ 2,07 ribu seberat 11 kg.
Sekadar informasi, hasil survei Credit Suisse mencatat minat pembelian penduduk Indonesia terhadap gadget ternyata cukup besar.
Credit Suisse melaporkan terjadi peningkatan jumlah pengeluaran yang signifikan untuk memperoleh akses internet di Indonesia.
Selain itu, masyarakat Tanah Air ramai-ramai mulai meninggalkan ponsel dan beralih pada smartphone.
Besarnya pengeluaran untuk barang-barang bernilai tinggi tersebut dipengaruhi ekspektasi warga akan adanya peningkatan pendapatan di masa depan.
"Konsumen Indonesia memiliki pandangan yang paling optimis terkait dengan prospek pendapatan mereka. Sekitar 44% dari mereka yang mengikuti survei ini berharap pendapatan rumah tangganya akan meningkat dalam waktu 12 bulan ke depan. Hal ini membangun momentum berkelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya," tutur Direktur Equity Research Analyst Credit Suisse, Ella Nusantoro.