Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akhirnya didapuk menjadi capres PDIP untuk Pemilu 2014. Pencapresan itu dinilai lantaran Jokowi mampu menerapkan moral innocence (tidak berdosa secara moral) di tengah masyarakat. Maka itu, membuat masyarakat melupakan sejumlah program yang sudah dilakukan gubernur yang akrab disapa Jokowi itu atau bisa dikatakan berpredikat berhasil.
"Kalau bicara figur, memang tidak terelakkan. Jokowi merupakan figur yang memiliki moral innocence kuat. Membuat dia terbedakan dari calon-calon lain. Masalah figur lebih membuat masyarakat terkesan daripada programatik," ujar pakar psikologi dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk di kantor Indikator Politik Indonesia, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2014).
"Moral innocence itu kekuatan Jokowi," tegas Hamdi Muluk.
Kendati, Hamdi mengatakan akan menjadi berbahaya jika pemimpin hanya mempunya moral innocent dan mengabaikan platform atau program kerja kepemimpinannya untuk membangun bangsa.
"Platform ngalah sama figur. Kalau platform ngalah sama figur, maka nantinya akan terjadi buys popularity (membeli popularitas)."
"Nah yang dibeli itu adalah figurnya yang menang. Bukan platform-nya. Jokowi tertolong popularitas sebagi figur politik," sambung Hamdi Muluk.
Maka itu, Hamdi Muluk menyarankan kepada PDIP --sebagai payung Jokowi-- agar mencari pendamping cawapres yang mempunya jiwa administrasi dan birokrasi yang kuat. "Ya titip pesan ke PDIP. Carilah wakil yang kuat. Pendamping administrator dan birokrasi yang kuat. Untuk mendampingi solidarity maker ala Jokowi," pungkas Hamdi Muluk. (Shinta Sinaga)
Baca juga:
Advertisement
Survei: Warga Jakarta Setuju Jokowi Capres Rendah
Terlalu Patuh, Jokowi Dikhawatirkan Jadi `Boneka` Megawati
Digugat karena Nyapres, Jokowi: Nggak Apa-apa, Demokrasi