Liputan6.com, Jakarta Persaingan agar bisa lolos menjadi pegawai negeri sipil (PNS) rupanya menggelapkan mata sejumlah oknum peserta seleksi Calon PNS (CPNS) 2013.
Seperti pengakuan yang diutarakan Sri Hariati, seorang guru SMP 1 Kademangan, Blitar, Jawa Timur dengan status honorer kategori 2 (K2).
Dia mengaku mendapatkan teror karena dituduh melaporkan kecurangan pada rekruitmen CPNS 2013 untuk honorer K2 di Kabupaten Blitar.
Advertisement
"Jadi ada teman-teman, khususnya yang lulus seleksi, mereka merasa bahwa saya yang melaporkan kecurangan ini," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (19/3/2014).
Sri menceritakan, teror yang diterimanya yaitu dia didatangi sejumlah oknum honorer yang ketakutan bahwa Sri akan melaporkan kecurangan dalam seleksi CPNS ke pihak kepolisian.
Namun dia sendiri mengaku bingung, karena memang belum pernah melakukan pelaporan tersebut.
"Memang saya tidak pernah melapor, jadi apa yang perlu dicabut. Mereka saja yang ketakutan duluan. Terornya itu mereka ke rumah, yang datang banyak," lanjutnya.
Tidak tanggung-tanggung, oknum-oknum ini mendatangi rumah Sri hingga 4 kali, kejadian pertama terjadi pada Sabtu (1/3/2014) malam.
"Yang pertama ada 20 orang, kedua 20 orang, ketiga 20 orang dan terakhir ada seratus. Kalau yang terakhir itu, ada yang lulus (seleksi) dan tidak lulus, mereka ngeroyok saya," katanya.
Selain dirinya, anggota Forum Honorer K2 Kabupaten Blitar lain juga pernah mendapatkan teror dengan desakan yang sama yaitu mencabut laporan kecurangan seleksi yang sebenarnya belum pernah dilaporkan, namun teror tersebut hanya melalui telepon.
"Selain saya ada juga yang lain, ada banyak, tapi lewat telepon, teman-teman saya yang ikut forum ini, terutama teman-teman pengurus. Mereka juga diminta mencabut laporannya, padahal tidak ada yang melapor," jelasnya.
Sri mengatakan, dirinya telah melaporkan aksi teror tersebut kepada pihak kepolisian. Dia juga mengaku akan terus berjuang untuk mengusut kecurangan yang terjadi pada seleksi CPNS honorer K2 ini, khususnya yang terjadi di Kabupaten Blitar.
"Keluarga ya pada takut, suami dan dua anak saya kasihan. Tetangga rumah juga ketakutan, karena disana kan kebanyakan ibu-ibu. Tapi saja sudah lapor ke Polsek Kademangan. Kalau terjadi seperti itu lagi saya lapor lagi. Mudah-mudahan tidak berlanjut ke teror fisik, jangan sampai," tandas dia.