Liputan6.com, Denpasar - Tak mau terpengaruh dengan Jokowi, Partai Golkar dan Demokrat mengabaikan capres PDIP tersebut. Keduanya lebih memilih kampanye blusukan dan mengajak masyarakat berdiskusi.
Seperti diungkapkan Ketua DPD Golkar Bali I Ketut Sudikerta, Partai Golkar cenderung melakukan kampanye di tengah-tengah masyarakat langsung daripada menyelenggarakan kampanye akbar.
Baginya, kampanye akbar sudah tidak begitu berpengaruh dalam menyampaikan visi misi kampanye. "Kampanye akbar itu sudah tidak begitu berpengaruh," ujarnya di Denpasar, Selasa 18 Maret 2014.
Sudikerta melanjutkan, gaya blusukan itu tidak mencontek gaya Jokowi calon presiden PDIP. Tapi, menurut dia, sebelum Jokowi melakukannya, dia sudah lebih dahulu melakukan hal yang sama. Jauh sebelum itu dia sudah terbiasa berada di tengah masyarakat.
"Sebelum Jokowi melakukan blusukan, saya sudah jauh lebih dulu berada di tengah masyarakat," imbuhnya.
Ia mengatakan, dirinya lebih senang mengomentari soal pencapresan Abu Rizal Bakri (ARB) daripada pencapresan Jokowi, karena bukan wewenangnya untuk mengomentari.
Lanjut Sudikerta, pencapresan Jokowi yang diusung PDIP tidak begitu berdampak untuk Partai Golkar. "Pencapresan Jokowi tidak mengubah apapun strategi kampanye Partai Golkar," tegasnya.
Menurutnya, seluruh kader Partai Golkar mesti berada di tengah-tengah masyarakat sebagai strategi politik yang diyakini mampu mendongkrak suara pada pemilu legislatif mendatang.
"Saya mengimbau buat semua kader Partai Golkar untuk berada di tengah masyarakat," imbuh Wakil Gubernur Bali itu.
Sudikerta menambahkan, instruksinya kepada caleg-calegnya untuk melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat ke tengah masyarakat di pasar atau tempat-tempat lainnya untuk melakukan komunikasi langsung agar lebih tahu apa yang jadi harapan masyarakat.
"Saya sudah instruksikan kepada caleg-caleg Golkar melakukan komunikasi langsung di tengah masyarakat," ucap Sudikerta.
Door to Door
Di tempat terpisah, Ketua DPD Demokrat Bali Made Mudarta mengatakan hal yang sama. Menurutnya, pencapresan Jokowi tidak berpengaruh kepada strategi politik Partai Demokrat. Dia sebelumnya sudah melihat tanda-tanda pencapresan jokowi.
"Pencapresan Jokowi sangat luar biasa. Dia belum selesai membangun Solo sebagai walikota tiba-tiba menuju Jakarta menjadi gubernur. Janji membenahi Jakarta saja belum terealisasikan, sekarang sudah mencalonkan diri menjadi presiden," kata Mudarta.
Menurutnya, euforia Jokowi di Bali tidak berpengaruh buatnya. Ia optimis bisa membirukan Pulau Dewata. Dengan kata lain, Partai Demokrat pasti akan kembali memenangkan pemilu kali ini. Ia menambahkan Partai Demokrat tidak mengubah strategi politik apapun.
Sambung Sudikerta, strategi politiknya lebih banyak door to door langsung mendekat ke masyarakat untuk mendapatkan simpati masyarakat.
"Semua berdasarkan alurnya. Pencapresan Jokowi tidak berpengaruh kepada strategi politik Partai Demokrat," imbuh pengusaha muda itu.
Menurutnya, mendekati pemilik suara itu harus pakai pendekatan hati, apalagi di Bali mendekati hari raya suci umat Hindu, Nyepi.
"Kami ingin bertatap muka langsung dengan rakyat, berdialog, berkomunikasi dan tahu lebih dalam suara rakyat maunya apa. Tidak dengan kepalsuan. Biasanya menjelang pemilu muncul para calon namun, setelah terpilih mereka menghilang. Dari itu metodenya saja kita ubah," tutupnya. (Shinta Sinaga)
Advertisement
Baca Juga:
Baca Juga