Liputan6.com, Moskow- Crimea akhirnya resmi bergabung ke Rusia setelah wilayah Ukraina tersebut menggelar referendum. Dari hasil voting referendum, sebagian besar warga Crimea memilih lepas dari Ukraina dan bergabung ke Rusia.
Bergabungnya Crimea ke Rusia diresmikan melalui penandatanganan traktat di Moskow oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Crimea Sergei Aksyonov, Ketua Parlemen Crimea Vladimir Konstantinov, dan Wali Kota Sevastopol, Alexei Chalily. Penandatanganan dilakukan di Rusia pada Selasa 18 Maret 2014 malam.
"Atas nama rakyat, Crimea akan tetap dan selalu menjadi bagian Rusia," demikian yang tertulis dalam traktat, seperti dimuat Reuters, Rabu (19/3/2014). Putin dan pejabat Crimea menandatangani traktat sambil diiringi lagu kebangsaan Rusia.
Dalam traktat juga disebutkan, warga Crimea dan Sevastopol berhak menggunakan bahasa mereka. Sehingga warga 2 wilayah yang memisahkan diri itu memiliki 3 bahasa resmi, yakni Ukraina, Rusia, dan Tatar.
Mata uang rubel dari Rusia juga mulai secara resmi berlaku di Crimea, selain mata uang setempat, hryvna. Mata uang hryvna untuk sementara masih digunakan selama masa transisi hingga 1 Januari 2015.
Pihak Barat mengecam keras tindakan Rusia yang ia sebut mencaplok Crimea. Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel membahas sanksi yang bisa diberikan ke Rusia atas langkah tersebut.
Dalam percakapan telepon, Obama dan Merkel membahas "pencaplokan" Rusia atas Crimea sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional. Mereka menyatakan Rusia harus menerima ganjarannya.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carner pun mengecam perjanjian aneksasi Crimea dan Rusia tersebut. Dia menegaskan, pihaknya sedang mempersiapkan sanksi untuk Rusia. "Akan ada tambahan (sanksi) lagi," ujarnya. (Shinta Sinaga)
Baca juga:
Advertisement