Liputan6.com, Sleman - Masa kampanye Pemilu 2014 telah memasuki hari ke-4. Namun, Kampung Mancasan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, bersih dari atribut kampanye, baik calon anggota legislatif (caleg) ataupun partai politik.
Kepala Dukuh Mancasan, Slamet menjelaskan, warganya sepakat tidak ada atribut kampanye di kampung mereka. Untuk menguatkan kesepakatan, mereka memasang spanduk di 4 pintu masuk kampung yang bertuliskan: "Selamat datang di kawasan bebas atribut kampanye caleg dan parpol di Mancasan, Ambarketawang, Gamping, Sleman".
Bebas atribut bukan berarti golput (golongan putih). "Melalui rapat usulan pemuda, tidak ada atribut kampanye. Dan orangtua setuju dengan usulan tersebut. Langkah ini hanya untuk mengubah suasana. Takutnya ada retak persaudaraan gara-gara pemilu. Mengubah suasana jadi nyaman. Ketenangan warga juga karena saudara tetap utuh. Tidak berarti golput, tapi harus memilih. Saya lebih senang karena lebih netral," tutur Slamet saat dijumpai Liputan6.com di rumahnya, Rabu (19/3/2014).
Menurut Slamet, spanduk kampung bebas atribut caleg dan parpol ini juga belajar dari kampung sebelah yang terjadi kerusuhan dan gesekan antarwarga karena salah satunya terlalu fanatik dengan parpol. Karena atribut kampanye parpol yang dipasang di tengah kampung bisa membuat gesekan warga, maka diperlukan spanduk bebas atribut kampanye semacam itu.
Dengan demikian, imbuh Slamet, 325 kepala keluarga dapat nyaman menjalankan aktivitas saat pemilu. "Ada 325 KK atau 1.250 warga. Lain pendapat di kampung sebelah terjadi gesekan karena fanatik. Belajar dari situlah maka ide ini kita setujui," papar Slamet.
Walaupun sudah dipasang spanduk di pintu masuk, lanjut Slamet, tetap saja beberapa caleg dan partai meminta izin menaruh atribut di wilayahnya. Ia lalu menegaskan kampungnya bebas atribut kampanye, sesuai kesepakatan bersama.
"Ada yang coba masang, tapi dilepas. Ada yang kulonuwun pengin masang. Sudah 3 caleg yang nemuin saya. Ya kita tolak ya," kata Slamet.
Sekalipun bebas atribut, bukan berarti warganya tidak memilih. Slamet menilai warganya justru pintar menggunakan hak pilihnya. Siapa saja calon anggota legislatif dan partainya sudah menjadi pilihan masing-masing warganya. (Shinta Sinaga)
Baca juga:
Temukan Praktik Money Politic, ICW: Laporkan!
[VIDEO] Kampung Bebas Politik Uang Ada di Sleman
`Perang` Caleg di Jateng: Saling Rusak Atribut Kampanye
Advertisement