Liputan6.com, Jakarta Sinyal bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserves, menaikkan suku bunga acuan menggelincirkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah bahkan turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir.
Data kurs Bloomberg, Kamis (20/3/2014) mencatat rupiah melemah 0,7% ke level 11.398 per dolar AS. Penurunan ini merupakan yang terbesar sejak 13 Desember lalu.
Di pasar luar negeri, kurs non delivered forward (NDF) bertenor satu bulan rupiah ikut terpangkan 0,9% ke level 11.476 per dolar AS. Kurs rupiah di pasar luar negeri lebih lemah 0,7% dibandingkan pasar spot.
"Kami melihat rebound dolar AS usai FOMC dan rupiah sama sekali tidak kebal terhadap hal itu," kata Analis Valas dari ANZ Banking Group yang berbasis di Singapura, Irene Cheung.
Cheung menjelaskan, kejutan terbesar kali ini bukanlah mengenai kelanjutan dari program penghentian stimulus The Fed. Pasar justru kaget dengan ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang berlangsung lebih cepat dari perkiraan.
Aksi pembelian surat utang oleh The Fed dilaporkan sebesar US$ 55 miliar, lebih rendah US$ 10 miliar dalam tiga pertemuan terakhir.
Pimpinan Dewan Gubernur The Fed, Janet Yellen mengatakan kenaikan tingkat suku bunga AS untuk pertama kalinya diperkirakan berlangsung dalam 6 bulan usai program stimulus berakhir.
Pelemahan kurs rupiah juga tercatat dalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia. Rupiah bertengger di level 11.407 atau melemah cuku dalam hingga 94 poin. Rupiah sehari sebelumnya berada di level 11.313 per dolar AS.
Advertisement