2 Super Model Teriak `Stop Rasisme di Dunia Fashion!`

Hingga kini hanya sebanyak 17 persen model kulit hitam yang tampil di berbagai fashion show. Rasisme masih menghantui dunia fashion.

oleh Bio In God Bless diperbarui 22 Mar 2014, 09:25 WIB
(Foto: net-a-porter.com)

Liputan6.com, Jakarta Sebagai bagian dari peradaban manusia, fashion tidak luput dari isu-isu kemanusiaan. Salah satu isu kemanusiaan yang menjadi wacana di dunia fashion adalah isu rasisme. Sampai saat ini model kulit putih masih mendominasi catwalk di berbagai fashion show internasional. Dari musim ke musim, data menunjukkan sedikitnya persentase kehadiran model kulit hitam di catwalk.

 

Hingga kini hanya sebanyak 17 persen model kulit hitam yang tampil di berbagai fashion show. Kepada situs belanja online Net A Porter, model kulit hitam Chanel Iman berbicara tentang rasisme dalam dunia fashion. Berikut ini adalah ulasan Marie Claire tentang hal tersebut sebagaimana dilansir Sabtu (22/3/2014).

 

"Saya pikir tiap orang itu setara, dan kemanusiaan tak seharusnya tentang warna kulit. Sungguh disayangkan bahwa masih ada hal-hal politis dalam dunia modeling. Runway tentu dapat menjadi lebih beragam dengan model-model dengan bermacam-macam warna kulit," ucap Iman yang pernah menjadi salah satu model label pakaian dalam wanita Victoria’s Secret.

 

Iman menambahkan “Tidak ada yang menyebut para desainer itu rasis. Tindakannya itu yang disebut rasis. Ada lebih banyak model kulit hitam di industri fashion tahun 1970-an dibandingkan dengan tahun 2013. Saat ini diam bukanlah hal yang dapat diterima. Jika percakapan tentang hal ini tidak dapat dipublikasi, maka pasti ada yang salah dalam dunia fashion”.

 

Chanel Iman lahir pada 1 Desember 1990 di Amerika Serikat. Ayahnya berdarah Afrika-Amerika dan ibunya berdarah Afro Amerika-Korea. Pada umur 15 tahun, Iman sudah berjalan di fashion show Marc Jacobs dan Proenza Schouler.

 

Iman tampil di sampul majalah Vogue Amerika pada umur 18 tahun. Kini di usia ke 23 tahun, Iman menjadi model di iklan Ralph Lauren, DKNY, dan Gap. Suaranya yang vokal pada masalah rasisme di dunia modeling juga membantunya dikenal di dunia fashion. Kesuksesannya di dunia model menjadi bukti keberhasilannya dalam melalui rasisme yang terjadi di dunia fashion.


Naomi Campbell dan Rasisme Dunia Fashion

Naomi Campbell dan Rasisme Dunia Fashion

Selain Chanel Iman, model lain yang juga peduli pada isu rasisme di dunia fashion adalah Naomi Campbell. Ia meneriakkan perubahan bagi dunia fashion dengan cara mengirim surat resmi pada British Fashion Council. Meski terdapat sedikit kemajuan pada keberagaman model pada acara-acara fashion show, sebagian desainer masih enggan untuk menampilkan model kulit berwarna pada fashion show mereka.

 

Menurut Campbell, salah satu desainer yang seperti itu adalah Victoria Beckham. "Saya menghubungi Victoria dan berbicara padanya. Saya tidak ingin menyudutkan siapapun. Ini bukan ajang saling menyalahkan. Semua nama yang terdapat pada surat yang saya buat tercantum karena mereka memang melakukan hal itu. Tapi mungkin saja kurangnya model kulit berwarna pada fashion shownya bukanlah hal yang direncanakan," ucap Campbell, supermodel kulit hitam asal Inggris yang lahir pada 22 Mei 1970.

 

British Fashion Council merespons surat Campbell dengan menyatakan bahwa meskipun hal tersebut tidak direncanakan, hasilnya tetap saja merupakan rasisme. "British Fashion Council tidak menyelenggarakan kasting model untuk London Fashion Week. Namun kami tentunya menjelaskan pada para desainer bahwa London adalah kota yang sangat multikultural dan menganjurkan mereka untuk menampilkan hal ini pada fashion show". Demikian yang dijelaskan oleh juru bicara British Fashion Council.

Foto dok. Liputan6.com

Campbell dan Iman mendapat dukungan dari para desainer dan salah satunya adalah Michael Kors. Kors yang lahir tahun 1959 di New York, Amerika Serikat, mengatakan bahwa dirinya tak suka bila semua modelnya terlihat sama. "Bagi saya sangat membosankan bila para model dijadikan manekin. Akan lebih menarik bila terdapat berbagai model dari berbagai usia, etnisitas, bentuk tubuh dan tinggi badan," ucap Kors tentang pemilihan para model untuk fashion shownya.

 

Meski mulai terdapat kemajuan tentang keberagaman penggunaan model di industri fashion, Campbel berpikir bahwa industri fashion masih harus menempuh jalan yang panjang sebelum akhirnya dapat menjadi benar-benar beragam.

 

"Kita tentu tidak ingin isu ini hanya menjadi sebuah tren, bahwa para desainer mulai menggunakan model-model kulit berwarna hanya karena hal ini sedang digaungkan. Kita harus berharap para desainer akan terus menggunakan model-model yang beragam. Ini adalah rencana jangka panjang,” jelas Campbell yang memulai karir modelingnya sejak usia 15 tahun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya