Liputan6.com, Jerusalem - Diplomat Israel melakukan aksi mogok untuk menuntut kenaikan gaji dan perbaikan kondisi kerja pada Minggu 23 Maret kemarin. Akibatnya, Israel menutup kedutaan besarnya di seluruh dunia.
Dikutip dari laman Reuters, Senin (24/3/2014), aksi mogok ini memaksa Israel menutup misi diplomatik luar negeri di 102 negara. Termasuk perwakilan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Aksi mogok ini merupakan yang pertama terjadi sejak Israel berdiri pada 1948 silam.
"Kami telah menutup Kantor Kementerian Luar Negeri dan misi luar negeri. Ini merupakan aksi mogok pertama yang pernah ada," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor.
Sementara, Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman menyebut aksi mogok ini sebagai tindakan tidak bertanggung jawab. "Kita harus melakukan apapun yang mungkin dilakukan untuk meminimalisir kerusakan terhadap negara dan penduduk," tutur Lieberman.
Serikat pekerja diplomatik Israel mengklaim aksi mogok ini diikuti oleh 1.200 pekerja di Kementerian Luar Negeri Israel. Aksi ini berlangsung setelah pembicaraan masalah gaji mengalami kegagalan.
Para diplomat Israel ingin gaji mereka dinaikkan US$ 1.700 - US$ 2.600 dan kompensasi untuk pasangan mereka yang harus berhenti bekerja karena mengikuti para diplomat yang ditugaskan di luar negeri. Para diplomat Israel menyebut sekitar sepertiga dari mereka berhenti dalam 15 tahun ini karena gaji yang rendah.
Juru Bicara Serikat Diplomat Israel Yacov Livne mengatakan, "Departemen Keuangan bertekad untuk menghancurkan kementerian luar negeri dan diplomasi Israel."
Para diplomat Israel itu telah memulai aksi mogok ini sejak 5 Maret. Akibat aksi itu, 25 kunjungan diplomatik ke Israel terganggu, termasuk rencana kunjungan Paus Fransiskus pada Mei mendatang. (Yus Ariyanto)
Baca juga:
Advertisement
PM Israel Desak Presiden Palestina Akui Negara Yahudi