2 Masalah Serius Dunia Ancam Perekonomian RI

“Kondisi ini telah memicu keluarnya dana asing dari pasar keuangan Asia kembali ke AS,”

oleh Syahid Latif diperbarui 24 Mar 2014, 11:58 WIB
Presiden SBY memberikan pengarahan tentang pentingnya pembangunan konektivitas guna memperlancar arus barang untuk menekan biaya ekonomi sehingga mengurangi disparitas harga. (Antara)

Liputan6.com, Jakarta Meski tanda-tanda pemulihan sudah mulai melanda perekonomian Indonesia, pemerintah belum bisa bernapas lega. Dua tantangan baru justru harus diantisipasi pemerintah dalam beberapa waktu ke depan.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Firmanzah seperti dikutip laman Setkab mengungkapkan dua tantangan besar tersebut adalah berakhirnya suku bunga murah negara maju dan pelemahan ekonomi Asia utamanya China, Jepang, dan Indonesia.

Firmanzah menjelaskan, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), Janet Yallen, usai pertemuaan FOMC (Komite Bank Federal), Rabu (19/3) memangkas kembali stimulus sebesar US$ 10 miliar dan menjadi US$ 55 miliar tiap bulan. Namun kejutan justru berasal dari rencana The Fed menaikkan suku bunga dari 0,25% menjadi 1% pada akhir 2015 dan 2,25% pada 2016.

“Kondisi ini telah memicu keluarnya dana asing dari pasar keuangan Asia kembali ke AS,” papar Firmanzah.  

Kepanikan juga terlihat dari pasar mata uang negara Asia baht Thailand, peso Filipina, yuan Tiongkok, ringgit Malaysia dan won Korea Selatan yang mengalami koreksi cukup dalam.

Menurut Firmanzah, dalam jangka pendek, ekonomi Indonesia 2014-2016 akan disibukkan dengan perumusan kebijakan antisipasi pengurangan dan penghentian Quantitative Easing (QE) III, dan dinaikkannya suku bunga acuan The Fed.

“Pembalikan modal ke negara maju perlu kita antisipasi bersama karena berdampak kepada nilai tukar rupiah, IHSG, inflasi, cadangan devisa, neraca perdagagan dan neraca pembayaran,” tutur Firmanzah.

Selain faktor penekan dari AS, pemerintah juga diimbau memberikan perhatian serius terhadap pelemahan ekonomi negara-negara utama Asia seperti Tiongkok, Jepang dan India.

Sepanjang 2013 hingga kuart I-2014, ekonomi Jepang, Tiongkok dan India terus melemah, serta mengalami perlambatan diluar perkiraan banyak kalangan. Antisipasi pembalikan arah pertumbuhan negara-negara besar Asia perlu dipersiapkan karena berpeluang besar menekan ekonomi Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Untuk memitigasi risiko pelemahan ekonomi di ketiga negara tersebut, fundamental ekonomi nasional terus diperkuat seiring dengan sejumlah agenda percepatan pembangunan yang sedang berjalan.

“Sejumlah paket kebijakan juga telah dikeluarkan sejak pertengahan 2013 yang diarahkan pada penguatan fundamental ekonomi dan upaya mitigasi risiko pelemahan ekonomi global termasuk melambatnya ekonomi Asia,” ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya