Liputan6.com, Jakarta Hingga saat ini, Indonesia belum lagi membangun kilang minyak baru, padahal tiap tahunnya konsumsi bahan bakar minyak terus bertambah akibat semakin banyaknya kendaraan motor yang beredar.
Hal ini juga membuat Indonesia akan terus bergantung pada impor BBM dari negara lain seperti Singapura.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan memang tidak mudah untuk membangun kilang minyak, terutama jika dilihat dari sisi investasi.
Advertisement
Menurut dia, meskipun banyak investor yang berkeinginan untuk membangun kilang di tanah air, namun tidak banyak investor mampu memenuhi kriteria yang diinginkan oleh pemerintah.
"Kalau kita mau bangun kilang minyak, dengan kapasitas 300 ribu barel per hari dan investor harus menjamin suplai minyak mentah selama 30 tahun, tidak banyak yang punya kemampuan ini. Bagus-bagus saja kalau ada 30-40 perusahaan yang menyanggupi," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, seperti ditulis Selasa (25/3/2014).
Namun, dia menyangsikan semua itu masuk dalam kualifikasi yang dibutuhkan terutama untuk suplainya mengingat sumber minyak yang bisa suplai sampai 30 tahun itu dengan mudah bisa dikenali. Alhasil, diprediksi hanya tersisa 4-5 perusahaan yang minat membangun kilang.
Selain masalah itu, yang membuat investor berpikir untuk bangun kilang disini karena membutuhkan modal yang cukup besar sekitar US$ 9 miliar-US$ 10 miliar. Belum lagi perhitungan kembali modalnya yang cukup panjang karena profit margin yang tidak besar.
Namun untuk menyiasati hal ini, investor bisa disertakan kedalam bisnis industri turunannya seperti petrokimia, mungkin di situ profitnya bisa lebih baik sehingga bisa sedikit mengkompensasi modal yang telah dikeluarkan.
"Sertakan mereka di sektor-sektor hilir, mungkin dia mau ikut menjadi distributor dari Pertamina, masih banyak industri turunan yang bisa dimanfaatkan," lanjut dia.
Menurut Hidayat solusi untuk mendapatkan investor terbaik untuk mampu membangun kilang minyak di Indonesia yaitu dengan melakukan beauty contest antara para investor yang telah mengajukan.
"Sehingga pemerintah bisa yakin mana yang mampu, nanti negosiasi langsung dgn menteri keuangan. Karena dengan potensi mereka yang tinggi itu pasti mereka minta beberapa kemudahan seperti tax holiday, kita beri 10 tahun dia mintanya 20-25 tahun, jangan ditolak dulu tapi dihitung," jelasnya.
Hidayat menyatakan memang sudah seharusnya Indonesia mulai membangun kilang minyak yang baru. Sebab jika tidak, dalam 5 tahun kedepan ketergantungan akan impor baik minyak mentah maupun BBM akan semakin besar sehingga semakin banyak memeras devisa negara.
"Ini program jangka panjang yang kita selalu ragu-ragu untuk mengambil keputusan secara bisnis jangka panjang. Kementerian terkait sama-sama berpikir soal ini. Tapi kita konsernya, ini akan menjadi industri strategis yang besar di bidang oil and gas serta non oil and gas," tandas dia.
Baca juga:
Ini Penyebab Tak Ada Kilang Minyak Baru Sejak Soeharto Lengser
Sejak Soeharto Lengser, Tak Ada Kilang Minyak Dibangun di RI