Liputan6.com, Jakarta - Kabar PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang ingin mengakuisisi PT Indofarma Tbk (INAF) telah muncul ke permukaan sejak 2006. Namun hingga kini, aksi korporasi tersebut belum juga terealisasi karena proses konsolidasi yang berbelit-belit.
Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Tbk, Djoko Rusdiyanto usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, mengatakan, proses akuisisi atau merger ini menjadi lama karena perlu konsolidasi dengan pemegang saham, yakni pemerintah mengingat dua perusahaan farmasi ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Kami perlu konsolidasi kepada pemegang saham di Kementerian BUMN. Tapi saat ini, sedang dalam proses kajian dari Mandiri Sekuritas untuk menentukan opsi apakah akuisisi atau merger atau apapun kami terima," ungkap dia, Rabu (26/3/2014).
Kajian ini, tambah Djoko sudah diputuskan pada awal Maret 2014. Sehingga pihaknya berharap Mandiri Sekuritas dapat menyelesaikan kajian opsi itu pada awal April ini.
"Kami beri waktu satu bulan, jadi mudah-mudahan awal April sudah selesai. Setelah kajian, nanti hasilnya akan diserahkan ke pemegang saham untuk dirapatkan kembali, jadi bisa langsung diputuskan," terangnya.
Kajian tersebut, lanjut dia, akan menentukan pola dasar apakah akuisisi atau merger. Apabila disepakati pengambilalihan Indofarma, artinya kajian juga harus mencantumkan jumlah saham yang bakal dibeli.
"Diharapkan bisa terlaksana tahun ini, karena ini pola sudah sejak 2006. Bosan tidak jadi-jadi mulu. Tapi periode sekarang ini sudah menunjukkan arah atau progress," tutur Djoko.
Meski ancang-ancang mewujudkan agenda besar KAEF dan INAF, dia menilai peleburan dua BUMN farmasi ini tak akan terlalu berpengaruh terhadap peningkatan pangsa pasar. "Walaupun digabung dan di total pun belum mampu menguasai 10% pangsa pasar. Paling sekitar 7%," kata Djoko.
Namun demikian, Djoko mengaku, perseroan akan merampungkan rencana ini dengan anggaran yang telah disiapkan. "Yakni berasal dari total belanja modal (capex) tahun ini sebesar Rp 939,52 miliar dan kas internal Rp 394 miliar," pungkasnya.
Dua BUMN Farmasi Bersatu Belum Mampu Raup Pangsa Pasar 10%
Penggabungan dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi masih menunggu hasil kajian dari PT Mandiri Sekuritas.
diperbarui 26 Mar 2014, 19:35 WIBAdvertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Masalah Terus Mendera, Sholat Tak Berdampak Positif jika Dilakukan Seperti Ini
Kekurangan Pengawas Madrasah, Kemenag Tak Segera Angkat Calon Yang Lulus Tes
Maruarar Sirait: Pemilih Nonmuslim Tinggalkan Pramono-Rano Karno karena Didukung Anies
Dikelola Kemenhut, TN Alas Purwo Dikenakan Tarif Nol Rupiah bagi Umat Hindu yang Beribadah di Pura Luhur Giri Salaka
Pengantin Menyesal Salah Pilih Vendor Dekorasi Pernikahan, Mengaku Tertipu Portofolio
Dugaan Korupsi di Bank Pemerintah, Kredit Modal Kerja Rp2 Miliar Digelapkan
Kisah Gus Maksum Sembuhkan Pemabuk Hanya dengan Sepucuk Surat, Karomah Wali
Semeru, Gunung Tertinggi Jawa yang Menyimpan Misteri
Tidak Melulu Putih Ini Warna-Warna Petir
Relawan Prabowo Dukung Isran Noor, Kode IKN Lanjut?
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Sabtu 23 November 2024
Melihat Desa Kecil di NTB yang Membangkitkan Harapan Hutan Bakau