Divergent, Perlawanan Gadis Muda di Tengah Politik Faksi

Kisah dalam Divergent sendiri menggambarkan pembagian lima faksi di masyarakat kota Chicago berdasarkan kepribadian.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 30 Mar 2014, 20:00 WIB
Kisah dalam Divergent sendiri menggambarkan pembagian lima faksi di masyarakat kota Chicago berdasarkan kepribadian.

Liputan6.com, Los Angeles, Amerika Serikat Satu lagi film Hollywood adaptasi novel laris hadir di bioskop-bioskop Tanah Air. Bertajuk Divergent, kali ini film tersebut bakal menyajikan nuansa 'distopia pasca-kehancuran' dengan mengandalkan bintang-bintang muda.

Divergent diangkat dari sebuah novel karangan Veronica Roth yang pertama kali terbit pada 2011. Penjualan novel ini tergolong laris dan masuk ke dalam daftar New York Times Children's Chapter Books Best Seller.

Kisah dalam Divergent sendiri menggambarkan pembagian lima faksi di masyarakat kota Chicago berdasarkan kepribadian mereka masing-masing. Tersebutlah seorang gadis muda bernama Beatrice Prior alias Tris (Shailene Woodley) yang berasal dari faksi miskin bernama Abnegation.

Tris pun harus melakukan ujian yang diselenggarakan bagi anak-anak remaja usia 16 tahun. Ternyata, ia memiliki kelainan bernama 'divergent' pada saat menjalani tes khusus. Ia pun harus menyembunyikan kelainannya itu karena divergent dianggap sebagai ancaman oleh pihak penguasa. Ia lalu masuk ke dalam ujian faksi petarung bernama Dauntless dan bertekad menjadi lebih berani.

Di situ, ia bertemu dengan berbagai macam teman yang salah satunya adalah Tobias Eaton alias Four (Theo James). Four memiliki kemampuan luar biasa dalam beraksi. Berbagai ujian dan masalah mereka lalui hingga akhirnya tiba saatnya penentuan dari hasil ujiannya.

Ternyata, Tris akhirnya menyadari sebuah kenyataan yang sangat mengejutkan perihal ujian yang diikutinya itu, termasuk alasan orang-orang terdekat yang menyuruhnya untuk merahasiakan sisi divergent dalam dirinya. Namun berkat bawaannya sebagai divergent, ia pun berusaha membongkar hal-hal janggal sembari menghalangi niat buruk suatu pihak saat ujian faksi yang diikutinya itu berakhir.

Divergent memiliki nilai tambah dalam hal visualisasi dan beberapa adegan laga. Akan tetapi, bagi para penonton yang sudah tidak tahan dengan kisah fantasi romantis ala novel The Hunger Games, Beautiful Creatures, The Mortal Instruments, Twilight, dan sejenisnya, ada kemungkinan bakal sedikit kurang puas dengan Divergent.

Pasalnya, banyak sekali bumbu yang dirasa hampir serupa dengan judul-judul di atas. Bahkan, akting para bintang mudanya pun terlihat hambar dan kurang memukau. Sehingga dalam film ini, tidak terlihat sedikit pun kelebihan yang ditawarkan terlepas dari setting cerita dan keindahan lokasinya.

Walaupun begitu, akting Shailene Woodley dalam film ini terbilang cukup baik, seperti halnya Theo James yang terlihat gagah. Bahkan, terlihat bagaimana chemistry diantara keduanya mampu membuat alunan cerita Divergent menjadi cukup menarik.

Unsur tragedi dalam Divergent juga sangat terasa walaupun tidak disajikan dengan baik. Konsep novel yang dituangkan ke dalam film oleh sutradara Neil Burger, bisa dibilang kurang sukses jika melihat dramatisasi selama proses ujian Tris yang terasa biasa saja. Bahkan, klimaks yang disajikan pun seolah-olah seperti menahan sesuatu yang terpendam.

Seperti halnya Twilight, The Mortal Instrument, dan The Beautiful Creaturs, film ini menjadi sebuah kesenangan tersendiri bagi para fans berat novel yang selama ini hanya membayangkan bagaimana aksi Tris selama mengikuti ujian Dauntless beserta lika-likunya.

Bagi para remaja dan anak muda yang beranjak dewasa, Divergent bisa dijadikan sebagai tontonan variatif di tengah maraknya penayangan film The Raid 2 yang dikhususkan bagi penonton dewasa.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya