Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi salah indeks saham yang bergerak perkasa di bursa saham Asia sepanjang kuartal I 2014.
Secara year to date (ytd), IHSG naik sekitar 11,56% ditutup ke level 4.768,28 pada Jumat 28 Maret 2014. IHSG turun tipis 0,98% ke level 4.274 pada 30 Desember 2013, dan salah satu indeks saham yang kurang cemerlang pada tahun lalu.
Advertisement
Sepanjang kuartal I 2014, dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia mencapai Rp 24,62 triliun. Padahal tahun lalu, dana asing keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 20 triliun. Transaksi perdagangan saham juga cukup meningkat meski belum sesuai target.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), yang ditulis Senin (31/3/2014), rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp 5,95 triliun, angka ini masih di bawah dari target otoritas bursa sekitar Rp 7 triliun. Rata-rata frekuensi perdagangan saham mencapai 213.190 kali dengan volume perdagangan saham mencapai 4,72 miliar saham.
Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada menilai, sejumlah data ekonomi positif termasuk rupiah membuat investor kembali masuk ke pasar saham. Lalu pergerakan IHSG juga mengalami tren positif dari akhir Desember hingga Maret 2014.
"Pelaku pasar juga merespons kesiapan pemerintah dalam menghadapi perlambatan yang ada sehingga laju rupiah positif. Adapun efek The Fed meski dianggap menghambat tetapi efeknya sesaat," tutur Reza, saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, dana asing masuk ke pasar modal Indonesia cukup besar juga didukung dari sejumlah rilis kinerja emiten tumbuh positif.
IHSG memimpin kenaikan di bursa saham Asia sepanjang kuartal I 2014. Lalu disusul bursa saham Filipina naik 7,98% secara year to date dan indeks saham India naik 5,41%.
Indeks saham Terburuk di Bursa Asia
Indeks saham Jepang Nikkei yang bergerak perkasa pada tahun lalu malah cenderung merosot pada kuartal I 2014.
Indeks saham Nikkei turun sekitar 9,79%, dan memimpin penurunan indeks saham di bursa saham Asia. Dana asing keluar dari pasar modal Jepang sekitar US$ 18,1 miliar hingga pertengahan Maret 2014.
Penurunan indeks saham ini juga diikuti indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 5,32% dan indeks saham China melemah 3,51% secara year to date.
Head of South Asia Investment Advisory LGT Bank, Simon Grose-Hodge menuturkan, pelaku pasar mencari saham dengan harga murah sehingga memicu perbedaan kinerja signifikan di kawasan Asia.
"Secara keseluruhan, investor mencari nilai, jadi kami melihat rotasi keluar dari pasar berkinerja terbaik ke pasar berkinerja buruk. Kami tidak akan mempertimbangkan pendekatan jangka menengah baik hingga panjang. Ini lebih kepada taktik," ujar Simon, seperti dikutip dari CNBC.
Ia menambahkan, prospek saham di India dan Indonesia jauh lebih sulit. Kedua pasar saham memang berjalan baik, tetapi memiliki banyak risiko dua arah. "Ada yang menilai mungkin lebih baik di pasar obligasi mereka dari pada pasar sahamnya," tutur Grose-Hodge.