Ajak Murid SMA Jaga Kerukunan, Dino Patti Curhat Masa Pacaran

Saat berpajaran Dino Patti Djalal mengaku kesulitan berkomunikasi dengan sang pacar. Ia harus berkirim surat 2 pekan antara Indonesia-AS

oleh Silvanus Alvin diperbarui 01 Apr 2014, 11:16 WIB
Saat berpajaran Dino Patti Djalal mengaku kesulitan berkomunikasi dengan sang pacar. Ia harus berkirim surat 2 pekan antara Indonesia-AS

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai cara dan gaya dilakukan para capres untuk mendulang suara sebanyak mungkin. Kali ini, peserta Konvensi Partai Demokrat Dino Patti Djalal mendekati kaum muda, yakni mengunjungi pelajar SMA Al Irsyad Satya, Kota Baru Parahyangan, Bandung, Jawa Barat.

Pada kunjungan tersebut Dino mengatakan, kerukunan Indonesia perlu terus dijaga. Kelompok yang mampu menjaga adalah kaum muda. Dalam rangka itu pula semua unsur harus saling kerjasama dengan baik.

"Di dunia ada konflik perang, krisis, ini something that never taken to be granted (sesuatu yang seharusnya tidak diterima begitu saja). Kalau kita tak kita bela atau dukung, ini bisa runtuh, bisa layu," ujar Dino di  Bandung, Selasa (1/4/2014).

"Tugas menjaga kerukunan dan gotong-royong ada di pundak generasi saya dan pundak generasi adik-adik," sambung Dino.

Di depan puluhan murid-murid tersebut, Dino menilai, pendidikan yang diberikan saat ini jauh lebih baik ketimbang zamannya bersekolah dulu. Dengan modal pendidikan lebih baik, kesuksesan diyakini akan lebih mudah diraih.

"Sekarang bisa akses internet di manapun dan kapanpun. Ini adalah masa terbaik yang dimiliki generasi Indonesia saat ini. Masalahnya, orang mau sukses lebih mudah, tapi orang berebut sukses makin susah," katanya.

Agar para murid lebih mengerti pentingnya pendidikan, Dino pun berbagi pengalaman. Ia mencontohkan sulitnya berkomunikasi dengan sang pacar saat masa berpacaran dulu. "Saya pernah ada pacar di Amerika, ketika saya mau nulis surat ke dia, 2 minggu baru sampai, lalu 2 minggu lagi nunggu balasan dia. Balasan surat itu butuh 4 minggu."

"Saya pernah telepon, tapi mahal. Tapi sekarang, bisa kirim pesan itu cuma butuh 2 detik. Anda hidup di masa yang mudah, adik-adik punya kelebihan dibanding zaman saya," kenang mantan Dubes Indonesia untuk Amerika itu.

Kunjungan ini dimanfaatkan Dino untuk menyasar para pemilih muda. Gaya Dino dalam berkampanye kepada calon pemilih muda mengikuti gaya Presiden Barrack Obama. Ia tampil duduk di depan puluhan siswa dan berkomunikasi dengan bahasa gaul.

"Saya mencoba ke semua golongan, tapi yang paling tahu saya kelas menengah dan anak muda. Itu segmen paling familiar. Itu menggalang dukungan pemilih muda. Anak muda itu saya suka karena berdialog, saya mau buka pikiran mereka," pungkas Dino.

Tiru Semangat Orang Korea

Di hadapan sejumlah murid itu, Dino juga meminta agar siswa-siswi Indonesia gigih dan memiliki sikap pantang menyerah, seperti orang Korea. Sikap itu diperlukan agar kelak calon pemimpin itu mampu menghadapi persaingan di era globalisasi yang semakin ketat.

"Kalau kalian jatuh 10 kali, kalian harus mampu bangun 11 kali," kata Dino.

Dino mencontohkan pengalaman anaknya yang ikut olahraga bela diri asal Korea, Tae Kwon Do. Putranya yang berumur 5 tahun itu suatu hari diperintahkan sang guru bela diri asal Korea itu untuk melewati halang rintang setinggi 2 meter. Namun berkali-kali terjatuh, namun sang guru tetap meminta untuk berusaha terus.

"Anak saya sudah berusaha 3 sampai 4 kali jatuh terus. Akhirnya saya coba bantu. Tetapi guru Tae Kwon Do anak saya melarang dan menyuruh anak saya untuk berusaha kembali. Akhirnya anak saya berhasil melewati halang rintang," tutur Dino.

Usai berhasil melewati halang rintang tanpa bantuan orang lain, lanjut Dino, ekspresi anaknya yang bernama Keanu itu sangat senang. Selain sikap gigih dan pantang menyerah, seorang murid harusnya juga  mampu membekali dirinya dengan kemampuan menguasai berbagai bahasa asing.

"Kalau mampu kalian menguasai 4 bahasa, bahasa Indonesia, Inggris, Arab, dan Cina. Di dunia kerja nanti juga sangat berguna. Di era globalisasi hampir semua perusahaan membutuhkan karyawan yang menguasai berbagai bahasa asing," pungkas Dino.

Menurut peserta Konvensi Capres Partai Demokrat itu, orang Korea tak berbeda dengan orang Indonesia. Memiliki kesamaan pengalaman sejarah, pernah dijajah. "Tapi pembedanya, mereka terus berjuang dan berusaha lebih baik," pungkas Dino. (Raden Trimutia Hatta)

Baca juga:

Dalang Asep Sunandar Meninggal, Dino: Dia Inovator Wayang

Jajang Turut Berduka atas Meninggalnya Dalang Senior

Dalang Asep Sunarya Meninggal di Perjalanan ke Rumah Sakit

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya