Liputan6.com, Jakarta Pilot maskapai Merpati, Capt Ivan Paltak Siregar hingga saat ini masih berharap maskapai milik pemerintah tersebut bisa kembali beroperasi. Hal ini menyusul pembekuan izin terbang Merpati yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan.
Dia menceritakan, awal mula bergabung dengan Merpati pada 1991. Pada saat itu dirinya masih mengikuti pendidikan pilot di maskapai tersebut dan menjadi pilot hingga 2004. Tahun berikutnya, dia pindah ke maskapai lain hingga pada akhirnya pada 2012 kembali bergabung dengan Merpati.
"Kenapa kembali ke Merpati? Karena saya pikir ini adalah perusahaan BUMN, jadi akan lebih pasti terutama soal gaji dan tunjungan. Tapi saya tidak menyangka Merpati jadi seperti saat ini," ujarnya usai konferensi pers di Saudagar Coffe, Jakarta Pusat, Selasa (1/4/2014).
Selama bergabung kembali, dia mengakui bahwa pada masa kepemimpinan Direktur Utama Sarjono Joni, kesejahteraan pekerja Merpati mengalami peningkatan. "Meski kesejahteraan kurang dibanding maskapai swasta tetapi Merpati sudah saya anggap rumah sendiri. Tapi pada masa Pak Sarjono Joni mulai ada peningkatan kesejahteraan. Gaji rata-rata sampai berada di atas maskapai lain," jelasnya.
Namun setelah itu, Merpati mulai mengalami masalah. Dan yang paling dirasakan berat oleh para pekerja Merpati, lanjut Ivan, ketika mulai Desember tahun lalu, gaji para pekerja tidak dibayarkan oleh pihak manajemen.
"Sampai gaji yang kami terima itu tersendat-sendat, kadang dibayarkan 20% dulu, kemudian berapa persen lagi. Saya tetap bertahan karena secara total gaji masih kami terima meskipun tidak langsung diberikan secara utuh, jadi dipecah-pecah," katanya.
Sampai pada akhirnya pada Desember 2013, pada masa Direktur Utama Rudy Setyopurnomo, gaji pegawai Merpati mulai tidak dibayarkan. Selain itu, THR akhir tahun 2013 juga sampai saat ini tidak dibayarkan.
"Kami shock saat mulai tidak terima gaji. Kalau THR itu kan biasanya 50% saat lebaran dan 50% lagi pada akhir tahun. Untuk gaji, pilot junior rata-rata diatas Rp 10 juta, untuk pilot senior diatas Rp 30 juta," katanya.
Untuk itu, Ivan masih berharap pemerintah mau membantu agar Merpati kembali beroperasi sehingga ada kejelasan bagi para pekerja yang tersisa di maskapai tersebut.
"Saya sendiri masih berharap dan menunggu Merpati kembali beroperasi. Saya pikir tidak mungkin pemerintah tidak turun tangan. Ini kan perusahaaan milik pemerintah, masa pemerintah diam saja," tandasnya
Advertisement