Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo nampaknya begitu tertarik membangun proyek transportasi massal Metro Kapsul yang dibangun perusahaan konsorsium dalam negeri, yaitu Kereta Kapsul Indonesia. Ketertarikan Jokowi itu muncul lantaran produk itu adalah buatan anak negeri.
"Yang paling penting transportasi ini dibuat murni buatan lokal, tidak impart..import..impart..import ... Import terus kapan majunya," ujar Jokowi saat mengujungi pabrik pembuatan armada metro kapsul di PT Perkakas Rekadaya Nusantara (PRN), Subang, Jawa Barat, selasa, (2/4/2014).
Menurut mantan Walikota Solo itu, Metro Kapsul buatan lokal itu jauh lebih murah dibanding MRT atau monorel yang saat ini tengah dibangun. Jokowi menyebut untuk membangun MRT per kilo meter membutuhkan dana sebesar Rp 900 miliar, dan untuk membangun Monorel dana yang harus dikeluarkan yaitu Rp 400 miliar. Sedangkan dana yang dikeluarkan untuk membangun Metro Kapsul hanya per kilometer menghabiskan dana Rp 114 miliar.
"Berdasarkan hitung-hitungan bodoh saja, itu jelas lebih untung mana kan," kata Jokowi.
Karena itu, Jokowi menilai bila pembangunan proyek itu disetujui dan dapat dibangun di Jakarta, maka pihaknya kurang lebih dapat membangun sistem transportasi yang mengelilingi seluruh wilayah Jakarta itu.
"Coba bayangkan saja, untuk bangun 30 kilometer kita hanya butuh dana Rp 3 triliun. Saya hanya sampaikan karena murah ya kita butuh. Kalau hanya segitu, pakai APBD kita juga bisa," ucap dia.
Namun demikian, Jokowi mengaku untuk membangun Metro Kapsul pihaknya tidak bisa begitu saja menyetujui begitu saja dengan sepihak. Tentunya pihaknya harus terlebih dahulu melakukan komunikasi dengan DPRD selaku mitra di pemerintahan.
"Untuk memulai keputusan baru itu butuh keputusan politis. Ya karena apa? Ini memang produk baru dan saya kira kita harus berani mengambil keputusan," kata dia.
Jokowi menilai, bila proyek itu disetujui, maka rute yang harus lebih dulu dibangun adalah rute padat seperti rute yang mengarah ke Bandara Soekarno-Hatta.
"Jadi mungkin Senayan-Airport, untuk parkirnya nanti menggunakan park and ride di Senayan untuk terminalnya. Soalnya, saya sudah 4 kali telat naik pesawat," jelas dia.
Teknologi Lama
Dirut PT Perkakas Rekadaya Nusantara Djoni Rosadi menjelaskan, Metro Kapsul yang dia tawarkan bukanlah teknologi baru. Menurutnya, moda transportasi tersebut telah ada sejak 30 tahun lalu, namun diperbarui sehingga menjadi lebih modern dan berbiaya rendah.
"Kita tidak menggunakan teknologi yang terlalu canggih untuk membangun metro kapsul ini. Ini teknologi 30 tahun lalu, tetapi bagaimana teknologi ini dilakukan kembali sekarang," kata dia.
Berbeda dengan MRT dan Monerel, Metro Kapsul menggunakan jalur lebih kecil dan memungkinkan untuk dibangun di atas trotoar atau pedestarian di tengah atau sisi kanan dan kiri jalan.
Karena itu, tak perlu melakukan pembebasan lahan dan memakan banyak lahan dalam pembangunan moda transportasi itu karena jalur yang akan dibangun merupakan jalur layang.
"Nanti jalurnya di atas. Dan untuk tiang-tiangnya relatif kecil, harganya murah, dan kemudian diangkat ke atas, elevated (layang). Yang membuat murah adalah rancangannya daripada track-nya, jalannya, karena ini kecil, dimensinya kecil sehingga jalannya jauh lebih murah. Itu yang membuat harga investasinya murah," kata pria alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB).
Angkutan ini pun diklaim dapat melaju dengan kecepatan maksimal 70 kilometer per jam dan akan menggunakan sistem sinyal tanpa perlu menggunakan tenaga sopir yang mengendalikannya. Ditargetkan, pembangunan itu memakan waktu lebih singkat dibanding Monorel dan MRT.
"Ini betul-betul produk Indonesia. Selain di Jakarta, kami sudah presentasi di Bandung dan Surabaya. Kalau jadi, kami menargetkan bisa menyelesaikan pembangunan selama 3 tahun," ucap Djoni.
Baca juga:
Jokowi Tengok Pabrik Metro Kapsul di Subang
Advertisement
Gunakan Metro Kapsul, Jokowi: Kenapa Tidak?