BI Waspadai 3 Risiko Global yang Bisa Pengaruhi Ekonomi RI

BI mengaku akan tetap terus mewaspadai risiko-risiko global yang dapat mempengaruhi capital inflow ke Indonesia

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 04 Apr 2014, 13:54 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Pada awal tahun 2014, perekonomian Indonesia mulai menunjukkan data-data yang positif, mulai dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga surplusnya neraca perdagangan.

Namun begitu, Bank Indonesia (BI) mengaku akan tetap terus mewaspadai risiko-risiko global yang dapat mempengaruhi capital inflow ke Indonesia yang bisa menimbulkan gejolak ekonomi.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung mengungkapkan setidaknya ada tiga risiko global yang patut untuk diwaspadai di tahun 2014.

"Kami masih melihat beberapa resiko yang kami cermati, seperti risiko dari China, di mana pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah itu semakin lama semakin besar resikonya," jelas dia, Jumat (4/4/2014).

Perlambatan ekonomi dikhawatirkan bisa mengurangi volume ekspor negara ini mengingat China adalah tujuan utama ekspor Indonesia selama ini.

Sementara untuk risiko lainnya adalah adanya risk on risk off dari pernyataan The Fed yang menyatakan akan mulai menaikkan suku bunga acuannya pada 2015.

"Meski Yallen sudah menyampaikan kenaikan bunga di 2015 tapi kan dalam perjalanannya pasti ada isu-isu kecil yang pantas diwaspadai," tegasnya.

Sedangkan untuk resiko selanjutnya yang diwaspadai BI terkait perkembangan ekonomi negara-negara berkembang seperti Turki, India, Brazil dan Afrika Selatan.

Juda manambahkan meski Indonesia sudah keluar dari negara Fragile Five, namun perkembangan yang terjadi di keempat negara lainnya tersebut dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi Indonesia.

"Dengan resiko-resiko itu, kita masih wasapada, masih belum comfortable, sehingga fokus kita di 2014 tetap walaupun semua membaik tetap fokus pada stabilitas, fokus pada upaya inflasi tetap dalam kridor, current account tetap pada tingkat sustainable di bawah 3%," pugkas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya