Bangun Bandara di Atas Air, Bandara Ahmad Yani Tetap Rugi

Manajemen PT Angkasa Pura I (Persero) pesimistis akan mencatatkan kinerja keuangan positif untuk bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Apr 2014, 08:00 WIB
Pembangunan Bandara

Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura I (Persero) pesimistis akan mencatatkan kinerja keuangan positif pada salah satu bandara yang dioperasikannya, Ahmad Yani Semarang hingga puluhan tahun mendatang.

Perkiraan ini sudah diperhitungkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu meski berencana mengembangkan bandara tersebut di atas air (rawa).

Saat berbincang dengan Liputan6.com, Sekretaris Perusahaan AP I, Farid Indra Nugraha mengeluhkan soal perhitungan harga lahan dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan yang mematok lebih tinggi dari proyeksi perseroan.

"Karena ada Peraturan Pemerintah (PP) No 6/2006, DJKN menghitung rawa sebagai timbunan tanah sehingga harganya Rp 418 ribu meter persegi dari perhitungan harga kami Rp 128 ribu meter persegi. PP ini memang tidak cocok diberlakukan untuk BUMN infrastruktur yang punya fungsi pemerintahan," jelas dia, seperti ditulis Minggu (6/4/2014).  

Kondisi tersebut, tambah Farid, diperparah dengan beban biaya lain yang membengkak serta aturan profit sharing sebagai bagian dari kerja sama pemerintah dan BUMN.

Padahal, kata dia, profit sharing seharusnya masuk dalam pembagian dividen di akhir tahun. Namun pemerintah menghendaki profit sharing dikenakan sebelum pelaksanaan proyek.

"Memang kami belum menghitung profit sharing-nya, tapi hitungan mereka pun tidak lazim dari net cash inflow sedangkan bandara ini Ahmad Yani saja masih mengalami kerugian," terangnya.

Saat ini, Farid mengaku, bandara Ahmad Yani Semarang membukukan kerugian Rp 3 miliar. Sementara nilai investasi untuk proyek pengembangan bandara di atas air tersebut ditaksir Rp 1,5 triliun.

"Kalau beban biaya semakin membengkak, kami perkirakan bandara ini nggak bakalan untung. Sampai 30 tahun pun rugi terus dan itu sudah kami perkirakan. Prinsipnya, rugi di Ahmad Yani tapi untung di bandara lain," ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, AP I telah berkomitmen kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk mengembangkan bandara Ahmad Yani yang berada di koridor tengah supaya menggerakkan perekonomian di daerah tersebut.

Dikatakan Farid, jika rampung dalam dua tahun sejak ground breaking yang ditargetkan bulan ini, bandara Ahmad Yani bisa menampung kapasitas penumpang hingga 6 juta orang per tahun. Sementara saat ini baru 4,5 juta penumpang setiap tahun.

"Kami akan jalankan fungsi pemerintahan membangun koridor tengah, karena pasti ada multiplier effect-nya walaupun sudah ada jalur rel ganda dan tol Bawean yang membuat orang akan lebih senang naik mobil daripada pesawat," pungkas dia.    

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya