Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Umum (Pemilu) biasanya membawa keuntungan tersendiri bagi pengusaha percetakan dan atribut kampanye. Keuntungan berlimpah pun selalu diperoleh usai pesta demokrasi yang diselenggarakan 5 tahunan tersebut. Namun tidak kali ini. Oleh sejumlah pedagang, Pemilu 2014 dianggap tidak menjanjikan keuntungan yang besar seperti tahun-tahun sebelumnya.
Seperti yang diutarakan Yurnalis. Pengusaha percetakan di kawasan Pasar Senen ini mengaku keuntungan yang diperolehnya pada musim kampanye saat ini jauh menurun jika dibandingkan beberapa pemilu sebelumnya.
"Tahun ini jauh merosot dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya sebelum pemilu. Kalau sekarang adem banget, sepi kayak nggak ada apa-apa. Dulu hari Minggu buka terus, sekarang tutup saja istirahat. Order juga nggak ada kan," ujar Yurnalis saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (7/4/2014).
Advertisement
Yurnalis membandingkan, jika pada Pemilu 2009 percetakannya menerima pesanan topi hingga sebanyak 2000 buah, musim kampanye kali ini ia mengaku hanya menerima pesanan tidak lebih dari 50 buah. "Dulu (Pemilu 2009) partai kalau misalnya pesen topi bisa 2000 an, sekarang paling 20 sampai 30 topi," katanya dengan menghela nafas.
Dan jika pemilu sebelumnya Yurnalis mengaku pernah menerima pesanan mencapai Rp miliar, namun pada pemilu kali ini pria berusia 55 tahun itu bahkan harus khawatir tak memenuhi target pendapatan untuk menyewa kios.
"Jauh saja pendapatannya nih. Kalau tahun 2009, partai sekali order bisa sampai Rp 5 miliar omsetnya puluhan juta. Kalau sekarang, saya kelimpungan. Bukan sedih lagi bayar tempat saja lebih mahal dari sekarang," katanya.
Senada dengan Yurnalis, pedagang lainnya Armin juga mengaku pendapatannya pada musim kampanye kali ini berbeda dengan sebelumnya. Beruntung, kios yang disewanya tersebut juga menjual barang di luar keperluan kampanye, sehingga dari barang itu ia bisa menutupi kebutuhannya.
"Pesanan partai iya menurun, tapi kita kan jualannya serba ada, jas, alamamater partai, topi, bendera, piagam, piala, bukan hanya partai saja. Jadi lumayan itu buat nambah-nambah uang masuk kantong," kata Armin.
Menurut Armin, sepinya order yang diterima pengusaha lantaran sejumlah partai politik sengaja memesan kebutuhan kampanye dari luar negeri. "Misalnya timses Demokrat bikin ke China. Pin, bendera, kalau dulu semuanya di sini (di pasar senen). Kalau sekarang bos-bosnya juga ikut turun ikut terlibat dalam pemesanan. Orang-orang sudah pintar, timsesnya sudah tahu barang-barang di luar negeri bagus. Padahal jangan salah ya, kita (Indonesia) juga nggak kalah bagus," pungkas Armin.