Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5%. BI rate bertahan 7,5% sejak November 2013 atau selama enam bulan berturut-turut.
Kepala Dewan Eksekutif Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI juga memutuskan tetap mempertahankan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) masing-masing pada level 7,5% dan 5,75%.
Advertisement
Keputusan Bank Sentral ini sejalan dengan prediksi para ekonom yang memperkirakan hasil RDG kali ini tetap akan mempertahankan BI rate di level 7,5%.
Budi Hikmat, Direktur PT Bahana TWC Investment mengungkapkan, kestabilan BI Rate itu dipengaruhi pengaruh inflasi bulanan yang sudah kembali rendah.
"Bi rate tidak akan naik, overall makro stabil karena inflasi terjaga," ungkapnya.
Budi menambahkan, selain itu jarak BI rate dengan inflasi inti relatif terlalu lebar dan impor menurun yang memicu neraca perdagangan surplus.
Ryan Kiryanto, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengatakan, ada dua kondisi yang menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan BI Rate di level 7,5%:
Pertama, perekonomian Indonesia masih stabil. Jika BI menaikkan suku bunga diperkirakan akan menurunkan kepercayaan pasar. Kedua, tingkat konsumsi yang tinggi. Jika Bank Indonesia menurunkan BI Rate, ada risiko konsumsi masyarakat akan berlebih.
Ryan menjabarkan, konsumsi berlebih tersebut terlihat dari indikator data konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Data Pertamina menunjukkan, per Februari 2014, konsumsi BBM mencapai 7,3 juta kiloliter atau 15% dari kuota sepanjang 2014 yang sebesar 48,6 juta kiloliter.
“Adanya hari raya Lebaran akan membuat kuota BBM terus membengkak. Jadi, belum ada alasan BI mengubah kebijakan suku bunga,” jelas Ryan.
Kebijakan Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga juga memiliki potensi risiko. Sejatinya ada ruang penurunan suku bunga pada Juli karena perkiraannya inflasi tahunan bisa menembus 5%.
“Namun, mengingat The Fed berencana mengerek bunga, akan lebih bijaksana BI mempertahankan suku bunganya,” jelas Ryan.