Rupiah Melesu Akibat Pasar Kecewa Jokowi Disetir 'Ratu'

Muncul kekecewaan pasar terhadap sosok calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) yang memicu investor melakukan aksi jual.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Apr 2014, 15:17 WIB
(Foto: Antara)
Liputan6.com, Jakarta
Pengamat Valas, Farial Anwar menilai muncul kekecewaan pasar terhadap sosok calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) yang memicu investor melakukan aksi jual.
 
Kondisi ini kemudian membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) paska pengumuman sementara hasil pemilihan legislatif (pileg). 
 
Menurut dia, euforia Jokowi Effect pada saat pencapresan ternyata tak mampu mendongkrak suara pada Pemilihan Legislatif, Rabu (9/4/2014). Harapan justru berbalik saat hasil perolehan suara PDIP-P, partai Jokowi bernaung tak sesuai dengan target sebesar 20%. 
 
"Yang tadinya menggebu-gebu malah sebaliknya, karena pasar melihat Jokowi ternyata sangat-sangat dikendalikan atau diatur-atur sama pihak lain. Pasar memberi kesan negatif bagi seorang capres karena bukan seperti yang diharapkan," terang Farial saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (10/4/2014). 
 
Pasar atau investor, tambah dia, membutuhkan pemimpin yang tegas. Namun ternyata, sosok Jokowi jauh dari harapan pasar karena selalu mengekor pendiri Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P). 
 
"Faktanya, ngekor terus sama ratunya (Megawati) seperti kemarin nyoblos di tempat ratu itu. Kan kesannya dikendalikan banget jadinya hilang kepercayaan pasar. Akhirnya pada melakukan aksi jual karena menurut mereka nggak cocok jadi pemimpin," jelas Farial.
 
Meski begitu, dia memperkirakan, masih ada ruang penguatan bagi nilai tukar rupiah untuk menguat asal pemilu berjalan dengan lancar dan muncul pemimpin sesuai harapan investor. 
 
"Ini cuma gejolak sesaat pemilu, tapi investor masih menunggu koalisi partai, siapa capres dan cawapresnya yang bisa memberikan prospek pasar keuangan lebih cerah. Tapi rupiah bakal positif," tutur dia. 
 
Selain itu, Farial mengaku, perkiraan penguatan rupiah ditopang oleh membaiknya ekonomi Indonesia.
 
Hal ini bisa terlihat dari berkurangnya defisit neraca transaksi berjalan, inflasi terkendali, surplus neraca perdagangan dan lainnya.
 
"Sekarang tinggal bagaimana politiknya. Siapa Presidennya ke depan, tim dan konsep ekonominya sehingga bisa mendukung investor domestik dan asing," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya