Liputan6.com, London Produsen perlengkapan dan aksesoris olahraga multinasional, Nike Inc ternyata menyimpan luka di balik produk-produknya yang bernilai tinggi. Baru-baru ini, Nike dituntut karena tidak memberikan gaji yang layak bagi para buruh pabriknya di Indonesia.
Seperti dikutip dari Digital Journal, Kamis (10/4/2014), lembaga anti kemiskinan global SumOfUs mengirimkan petisi pada perusahaan raksasa tersebut karena telah mengeksploitasi para buruh pabriknya.
Advertisement
Nike dikecam karena menjual kaos tim olahraga Inggris seharga US$ 150 atau Rp 1,7 juta, tapi hanya menggaji buruh pabrik di Indonesia dengan bayaran 50 cent atau Rp 5.600 per jam untuk memproduksi kaos tersebut.
"Tim Inggris dan para fans-nya, sebaiknya tidak ikut terlibat dalam eksploitasi buruh di Indonesia dengan ikut membeli kaos mahal tersebut," ungkap para penggiat SumOfUs seperti tertulis dalam keterangannya.
Lembaga tersebut mengungkapkan, membeli kaos itu berarti ikut mendukung praktik ketidakadilan pada para buruh. Tak hanya itu, keuntungan Nike yang super besar juga menjadi isu yang diangkat dalam memperjuangkan hak buruh pabrik di Indonesia.
Sejauh ini, laba Nike tercatat mencapai 15,6 miliar pound sterling atau Rp 297,4 triliun. Sementara CEO Nike menerima kucuran upah tinggi sebesar 9,2 miliar pound sterling atau Rp 175,4 triliun.
Ironisnya, keringat buruh yang bekerja membuat produk-produk mahal Nike di Indonesia hanya diganjar dengan upah rendah yaitu Rp 5.600 per jam.
Tak heran, lembaga peduli tenaga kerja berupah rendah itu langsung mengecam aksi Nike dan meminta perusahaan olahraga tersebut memberikan upah yang lebih layak.