Jokowi Blusukan ke Parpol Lain, Pengamat: Ngebet Jadi Presiden

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago juga menilai, blusukan Jokowi berkesan panik.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 13 Apr 2014, 09:36 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Silaturahmi politik yang dilakukan Capres PDIP Jokowi kepada 3 Ketua Umum Partai yakni Nasdem, Golkar, dan PKB dipandang sebagai langkah negatif. Blusukan politik itu mengindikasikan Jokowi sangat haus kekuasaan dan terlalu ngebet ingin segera menjadi presiden RI.

"Sekarang rakyat tahu, siapa calon presiden yang paling bernafsu ingin berkuasa? Blusukan politik ini menjadi bukti nyata bahwa Jokowi ngebet ingin menjadi presiden," kata pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago, dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com, Minggu (13/4/2014).

Menurut Chaniago, sepatutnya negosiasi koalisi dilakukan partai pengusung -- PDIP, bukan oleh capres itu sendiri. "Kalau dilakukan sendiri, bisa menimbulkan kecurigaan, jangan-jangan jika PDIP tidak jadi mengusung Jokowi, dia tetap maju menggunakan partai lain," ujar Chaniago.

Menurut Chaniago, selain menimbulkan dugaan Jokowi ngebet jadi capres, blusukan politik yang dilakukannya juga mengisyaratkan adanya kerenggangan hubungan antara Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Megawati adalah tokoh politik yang sangat dihormati. Seharusnya yang dilakukan Jokowi adalah berdiam di rumah Megawati dan menunggu partai lain datang melamar."

Langkah yang diambil Jokowi, imbuh Chaniago, lebih berkesan  grasak-grusuk politik ketimbang blusukan politik. Karena capres PDIP ini terkesan sedang panik. "Mungkin beliau takut namanya dicoret dari Capres PDIP setelah 'Jokowi effect' yang diandalkan ternyata gagal memenuhi harapan partai," pungkas Chaniago.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya