Berkat Susi Air, Harga Lobster Rp 30 Ribu Naik Jadi Rp 1 Juta

Konektivitas menjadi faktor krusial peningkatan investasi di Tanah Air. Ini digambarkan dalam bisnis ekspor produk perikanan di Pangandaran.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Apr 2014, 13:20 WIB
Lobster (Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan konektivitas menjadi salah satu faktor krusial peningkatan investasi di Indonesia. Hal ini digambarkan dalam sebuah bisnis ekspor produk perikanan di Pangandaran, Jawa Barat.

Menurut Menteri Parekraf, Mari Elka Pangestu, sejak terjadi peningkatan trafik penerbangan beberapa tahun ini, aktivitas perdagangan ekspor di dalam negeri kian bergairah. Ini juga ditopang dari kehadiran penerbangan langsung yang ditawarkan sejumlah maskapai.

"Misalnya saja di Pangandaran, harga lobster yang masih hidup dijual ke luar negeri seharga Rp 100 ribu serta yang sudah mati dan dibekukan cuma Rp 30 ribu, kini karena ada Susi Air yang bisa langsung mengirim lobster dari Jakarta ke luar negeri, harganya bisa Rp 1 juta. Dampaknya ke nelayan karena lobster bisa hidup selama 28 jam," katanya di Jakarta, Senin (14/4/2014).

Selain itu, Mari mengaku, penerbangan langsung mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) di Indonesia.


Berdasarkan catatannya, pertumbuhan wisman secara global hanya 5%. Namun di kawasan Indonesia tumbuh dobel digit dengan pertumbuhan investasi hampir 200%. Menurut dia, sudah banyak hotel berbintang menjamur di kota-kota utama, maupun pinggiran daerah seperti Tasikmalaya, Pekalongan dan lainnya.

"Jumlah perjalanan wisnus di Indonesia mencapai angka luar biasa sebanyak 250 juta perjalanan. Sedangkan kunjungan wisman mencapai 8,8 juta orang di 2013. Angka ini akan meningkat menjadi 9,2-95 juta pengunjung di 2014," ujarnya.

Dari sisi nilai, dia bilang, kunjungan wisman menyumbang devisa sekitar US$ 10 miliar dan akan terkerek naik menjadi US$ 11 miliar di tahun ini. Sementara tambah Mari, jumlah perjalanan orang Indonesia berkeliling Tanah Air mencatatkan sekitar Rp 170 triliun atau dua kali lebih banyak dari wisman.

"Setiap kabupaten punya potensi pariwisata masing-masing. Ini yang harus dipromosikan setiap daerah sebagai sebuah keunggulan. Banyak daerah yang tadinya bergantung pada komoditas, kini beralih. Misalnya Sawah Lunto tadinya daerah tambang lalu dikonversi menjadi tempat hiburan sehingga mendorong pariwisata di daerah tersebut," tandas Mari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya